Peziarah Harapan dan Pembangun Perdamaian

(satu perenungan)

Minggu, 21 April 2024
(Pekan IV Paskah – Hari Minggu Panggilan ke 61)

Bacaan I Kisah Para Rasul 4:8-12
Mazmur Tanggapan Mzm 118:1.8-9.21-23.26.28cd.29
(Ref: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru)
Bacaan II 1Yohanes 3:1-3
Injil Yohanes 10:11-18

infopertama.com – Semuanya karena Rahmat Allah yang menyapa dan menggerakkan. Tidak karena jasa manusia. Apalagi karena ‘kehendak manusia yang memaksa atau menuntut pada Allah.’

“Bukan kamu yang memilih AKU, tetapi AKU-lah yang memilih kamu” (Yoh 15:). Allah memanggil manusia demi karya perutusan yang dimandatkan. Sebab itulah hidup setiap kita ada dalam kerangka dan semangat perutusan itu.

Para murid perdana bergerak untuk mengikuti Yesus. Tetapi isi perutusan itu ditetapkan Yesus. “Mari dan kamu akan melihatnya” (Yoh 1:38). Rahmat dan perutusan adalah narasi mengikuti Yesus, tinggal bersamaNya serta melihat apa yang Ia tunjukan.

Ada sekian banyak hal yang Tuhan tunjukan bagi kita. Baik secara pribadi maupun dalam kebersamaan. Itulah yang menjadi isi dan tugas dari panggilan dan perutusan.

Tuhan tak memanggil setiap kita demi terbentuklah satu kelompok elitis, yang ‘menikmati kehidupan ini secara ingat diri.’ Tetapi Tuhan memanggil setiap kita dalam kerangka “jatuh ke tanah dan mati untuk menghasilkan banyak buah.’

Sebab itulah panggilan dan perutusan selalu bernuansa pemberian diri dan pengorbanan. Demi sukacita dan kehidupan sesama. Demi peradaban hidup bersama dan dunia yang bercitra dan bermartabat.

KETIKA panggilan dan perutusan dilihat sebagai rahmat, maka di situlah hadiah terbesar yang telah diterima. Tanpa jasa, dengan cuma-cuma. Yesus, Tuhan dan Guru ingatkan para muridNya untuk tidak kepikiran apalagi gelisah sejadinya dalam orientasi ganjaran fana dan materialis.
“Kamu telah menerima dengan cuma-cuma, maka berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Mt 10:8).

PANGGILAN dan perutusan tetap isyaratkan kepada para murid Yesus, Gereja, untuk tampil sejuk dan rendah hati sambil mencontohi Yesus sendiri sebagai GEMBALA YANG BAIK.

ALLAH menempatkan dalam diri setiap kita rahmat panggilan itu. Dan Allah mengutus kita sesuai dengan maksud dan rencanaNya. Kita bersukacita sebagai Gereja, murid-murid Tuhan, sebagai ‘Peziarah Harapan, Pembangun Perdamaian.’ Itulah panggilan kita sebagai Gereja, murid-murid Tuhan dalam alur spirit Hari Minggu Panggilan Sedunia ke 61 ini.

PAUS Fransiskus merilis pesan pada Hari Minggu Panggilan Sedunia 2024 dengan menulis, “Hidup kita menemukan kepuasan ketika kita menemukan siapa diri kita, apa karunia yang kita miliki, di mana kah kita menjadikannya membuahkan hasil, dan jalan apa yang dapat kita ikuti untuk menjadi tanda dan instrumen cinta, penerimaan yang murah hati, keindahan dan kedamaian, di mana pun kits berada, kita menemukan diri kita sendiri.”

HARI Minggu Panggilan ingatkan setiap kita akan rahmat panggilan yang yang berasal dari Tuhan sendiri. Suara Panggilan itu mendesak kita untuk bergerak, untuk berziarah. Namun, penziarahan itu bukannya ‘tanpa arah dan penuh dengan kesia-siaan.’

ZIARAH iman kristiani itu selalu diteguhkan oleh harapan di dalam Yesus, Tuhan. Dan harapan itu selalu tebalkan keyakinan, gairah, usaha dan perjuangan demi kehidupan masyarakat manusia dalam perdamaian, keadilan dan cinta. Atas keyakinan ini, Paus Fransiskus ingatkan bahwa dalam keseharian, “dengan menanggapi panggilan Tuhan, kita mengambil langkah yang diperlukan untuk maju menuju dunia baru…”

DALAM situasi dunia yang semakin nyata tak bersahabat, konflik menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Perang, dan segala cara kekerasan bahkan dinilai sebagai ‘jalan keluar terbaik’ untuk mengatasi semua persoalan hidup serta benturan antara bangsa, negara, serta kepentingan antar kelompok.

TETAPI, kita pun tak buta mata akan situasi penuh ketegangan dalam rana nasional. Taruhan politik yang berbasis kepentingan kelompok tentu bisa membawa kepada situasi khaos. Hidup dalam ketakpastian situasi, dalam alam kehilangan rasa damai, nyaman dan ungkapan diri penuh spontan, menjadi tantangan dan ganjalan ziarah hidup yang nyata.

BAGAIMANAPUN, mari kita menilisik gairah akan harapan dan perdamaian dalam situasi nyata yang dialami dalam keseharian. Kita terus berlangkah dalam harapan yang kokoh akan perdamaian. Seruan Paus Fransiskus dapat kita maknai dalam kebersamaan hidup sebagai keluarga, kehidupan antar kebertetanggaan, di tempat-tempat kerja (perutusan), dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, di mana sinyal-sinyal harapan dan perdamaian mesti terasa kuat menggetarkan.

DEMI harapan dan cita-cita Injil Kerajaan Allah, ‘…berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah’ (Mat 5;9), maka para murid Kristus itu dipanggil tidak untuk berada nyaman dalam situasi damai. Tetapi bahwa seorang murid Tuhan mesti sensitif dalam ungkapan diri yang tidak menyulut konflik, perpecahan dan kekerasan. Seorang murid Tuhan, demi keadilan dan perdamaian, berani bersuara penuh iman dan harapan di dalam Tuhan dan demi kebaikan bersama….

Akhirnya, ketika kita sungguh mengakui dan berserah diri pada Kristus, Pangeran Perdamaian (Shar Shalom), kita dibawa kepada kesadaran akan semangat hidup iman – harapan dan kasih kita sebagai prajurit-prajurit perdamaian

Verbo Dei Amorem Spiranti
Selamat Hari Minggu

Amin – Allelulia
Tuhan memberkati.

error: Sorry Bro, Anda Terekam CCTV