Tetapi kasih terhadap sesamapun mesti nyata pula dalam doa dan harapan-harapan penuh berkat bagi sesama. Jika memang tak punya sesuatu bagi sesama, setidaknya bawalah dia di dalam doa-doa, di dalam kata-kata peneguhan dan permohonan.
Di dalam dunia nampaknya kekerasan dan aneka tindakan penuh tekanan tetap mengalir. Manusia saling menantang dalam riak-riak penuh persaingan yang keras. Tak cukup hanya pada sikap dan tindakan, manusia lanjut saling mencemarkan dalam perang kata. Fitnah, hoaks, pembunuhan karakter, saling propaganda tentang keburukan dan kelemahan sungguh kencang menderas. Semuanya adalah tanda-tanda kita masih sungguh jauh dari apa artinya ‘mengasihi sesama manusia.’
Firman Tuhan, “Jika engkau sampai mengambil jubah temanmu sebagai teman sebagai gadai, maka engkau harus mengembalikannya sebelum matahari terbenam, sebab hanya itu saja penutup tubuhnya, hanya itulah pembalut kulitnya….” (Keluaran 22:26 – Bacaan Pertama).
Maka mari hindari dan hentikanlah sudah segala siasat, sikap dan bincang-bincang kita jika sekiranya selalu saja mengarah kepada ‘penelanjangan harga diri sesama, pada kekurangan dan keterbatasan orang lain.’ Dan sebelum matahari terbenam, kita berusaha menggantikannya dalam doa, harapan dan berkat bagi sesama.
Maka di situlah terungkap nyata tanda kita mencintai sesama kita dan juga mengasihi Tuhan, sebagai Pencipta segala dengan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap akalbudi. Di dalam memandang wajah sesama penuh kasih, kita memandang Wajah Tuhan…
Verbo Dei Amorem Spiranti
Selamat hari Minggu
Tuhan memberkati.
Amin
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel