Setelah ritual ini, katakan saja persoalan kami (sepupu saya yang kena santet) dengan ata polo sudah selesai. Setelahnya adalah ritual sobhe podo yaitu berkaitan dengan bayar jasa perawatan kepada mori mali. Ritual ini cukup sederhana tetapi om dan tante saya termasuk kami keluarga cukup kewalahan karena harus membaya kepada mori mali sejumlah nominal uang yang dimintanya dan darah binatang (ukuran yang dia tentukan) untuk membersihkan tangan dan pondoknya yang digunakan selama proses perawatan sepupuku.
Semua urusan dengan mori mali selesai. Santet sudah dibebaskan dari sepupuku. Tetapi kecurigaan dan rasa ketidaknyamanan dalam hidup berdampingan bersama keluarga yang disebut mori mali sebagai ata polo itu sulit untuk dibebaskan dari pikiran kami. Untung saja, diri kecilku waktu itu sudah diam-diam bisa menjaga rahasia itu.
Waktu terus bergulir hari demi hari. Percaya atau tidak percaya, tetapi pemahaman masyarakat sederhana memercayainya. Meski demikian, keluarga kami adalah klan yang cinta damai. Hidup sebagai tetangga sekampung tetap terjalin dengan baik. Kunjung mengunjungi dalam kekurangan untuk saling memberi dan meminta bantuan tetaplah sewajarnya tanpa mengurangi kedekatan relasi kami sebelum peristiwa sakitnya Oyis. Prinsip relasi dalam keluarga kami yang melekat sampai saat ini ialah, orang lain boleh berbuat jahat dengan kita, yang penting kita jangan berhenti untuk berbuat baik. Tidak perlu membalas. Tuduhan si mori mali kita percaya, tetapi tetap teguh yakin bahwa kita tidak mengetahuinya secara pasti.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel