Cepat, Lugas dan Berimbang

Cerita dari Pondok Mori Mali

Malam itu begitu menakutkan buat saya. Situasinya seperti kami sedang berperang dengan ata polo. Saya sedang berbaring di samping bapa besar, kakak dari mama saya, dengan kepala di dekap oleh bapa besar di atas pangkuannya. Saya memang sering tidak tidur hingga tengah malam bersama mereka. Pembicaraan apa saja sepanjang malam dari mereka seakan menjadi dongeng yang kadang menakutkan, juga ada kisah humor yang membuatku betah mencorongkan kuping.

Tiba-tiba ada burung gagak menerobos masuk dalam bilik di mana sepupu, tante, dan oma saya tidur. Kepakan sayap burung itu membuat lampu pelita dalam bilik itu mati. Mereka di dalam kamar terkejut. Sepupu saya, Oyis menangis histeris, menyusul dengan pekikan suara gagak dua kali dengan nada yang berbeda. Semua kami panik, kecuali si mori mali yang agak tenang.

Suami tante saya dengan panik, menyalakan senter (waktu itu senter batrai ABC, dengan nyala kuning suram) dan bergegas masuk dalam bilik. Dia menyalakan kembali pelita, lalu mencari burung gagak itu di setiap sudut kamar dengan napas yang penuh di dada, terbakar emosi. Sesuatu yang aneh terjadi, burung gagak itu hilang secara misterius. Seluruh isi kamar itu dijelajah dengan teliti oleh Bapak Te, bapak besar, dan kakak sepupuku, tetapi tidak ditemukan burung gagak tadi yang barusan masuk. Suara gaduh di atas bale-bale (lantai pondok dari pelupuh) dan suara mereka yang mencari burung gagak itu memecahkan keheningan malam itu. Badan saya gemetaran dan sangat ketakutan.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel