Cepat, Lugas dan Berimbang

Cerita dari Pondok Mori Mali

Adalah saat yang paling genting buat keluarga ketika Oyis menangis. Dia menangis sejadi-jadinya dengan suara melengking, kadang sampai kesulitan untuk bernafas.

Sesuai instruksi mori mali, binatang-binatang yang tadi dianggap sebagai medium sihir untuk megguna-gunai sepupu saya itu, dicari untuk dimusnahkan atau setidaknya diusir sampai tidak terdengar lagi suaranya.

Dan biasanya, oma dan istri si mori mali selalu terpancing emosinya hingga sampai mencaci-maki orang yang disebutkan mori mali itu sebagai ata polo yang wera (jiwa) –nya hadir dalam bentuk medium tadi. Mereka sering melontarkan kemarahan yang mengarah ke orang yang dimaksud, tetapi tidak menyebutkan namanya. Diam-diam raga kecilku saat itu pun menyimpan kecurigaan yang  sama terhadap orang yang disebut ata polo itu.

Drama semacam itu berlangsung hampir setiap di pondok mori mali. Pernah di satu malam ada suatu kejadian yang sampai sekarang melekat kuat dalam memori saya.

Setelah makan, kami duduk di pelataran pondok. Pondok itu dibuat gaya kolong. Bagian dalamnya ada bilik gudang dan satu kamar, selebihnya ruangan lepas bisa untuk tidur atau sekadar duduk yang bisa muat sekitar 10 orang.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel