Hari Minggu Prapaskah II
Kej 15:5-12,17-18; Flp 3:17—4:1 & Luk 9:28b-36
[Thn. VI-SS/72/3/2022]
Pastor Riano Tagung, Pr
Sekali peristiwa Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika sedang berdoa, wajah Yesus berubah, dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan, dan berbicara tentang tujuan kepergian Yesus yang akan digenapi-Nya di Yerusalem. Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur, dan ketika terbangun, mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya; juga kedua orang yang berdiri di dekat Yesus itu. Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada Yesus, “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu.
Sementara Petrus berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia!” Ketika suara itu terdengar, nampaklah Yesus tinggal seorang diri. Murid-murid itu merahasiakan semua itu, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu.
Masa Prapaskah Adalah Masa Untuk Mendengarkan Dia!
Bukankah jatah kita hanya berbuat baik dan bukan mengutuki? Kalau mau sembuh dari luka, kita harus berani MENGASIHI yang telah melukai kita. Paus Fransiskus
Sahabat SENDAL SERIBU yang terkasih,
Doa, tobat, puasa, pantang dan beramal hendaknya menjadi aksi kita di masa Prapaskah ini. Kita harus mengisi masa penuh rahmat ini, masa retret agung ini dengan semakin mendekatkan diri kepadaNya, membenah diri lebih dalam dan sungguh-sungguh (tulus), menanggalkan cara hidup yang lama, dan membagi kasih kepada sesama saudara kita terutama mereka yang miskin, menderita, sengsara pun termasuk di dalamnya adalah mereka yang memusuhi atau membenci kita. Agar dapat bertindak demikian, kita harus membiarkan diri kita lebih banyak mendengarkan DIA yang sedang berbicara kepada kita. Oleh karena itu, usaha untuk mendengarkan DIA dengan sungguh dibutuhkan iman yang teguh, seperti yang dialami oleh Abraham dalam bacaan pertama (Kej 15: 6).
Abraham percaya kepada apa yang Allah sampaikan kepadanya dan Allah memerhitungkan itu sebagai kebenaran. Agar iman kepada Allah semakin teguh kita harus bisa selama masa prapaskah ini untuk berdiri teguh dengan penuh sukacita di dalam Tuhan. Hanya dengan cara demikian, kita akan dimampukan untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikanNya kepada kita melalui Yesus PuteraNya.
Sebab itu DIA berkata, “Inilah AnakKu yang Kupilih, Dengarkanlah DIA!” (Luk 9:35). Kita harus lebih banyak menghabiskan waktu selama masa Prapaskah ini dengan mendengarkan SabdaNya setiap hari yakni meningkatkan membaca dan merenungkan Sabda Allah (Kitab Suci). Tidak hanya itu, kita harus bisa menghabiskan waktu lebih sering bersamaNya dalam doa-doa pribadi kita agar apa yang kita lakukan sungguh lahir dari pengalaman akan kasih Allah yang mengasihi kita.
Marilah kita kembali ke dalam keluarga dan komunitas kita, kita harus lebih banyak mendengarkan DIA yang berbicara kepada kita agar tidak ada lagi dendam, iri hati, cemburu, amarah, sakit hati, egois, ingat diri, gosip, sebab mulut kita telah penuh dengan Sabda Allah dan hati kita telah terisi oleh KasihNya. Kisah gunung tabor adalah kisah di dalam keluarga dan komunitas kita bila kita sungguh mau mendengarkan Dia selalu dan senantiasa.
Omnia Sunt Gratia Caritate Dei
Semua Karena Kasih Karunia Allah!
1 Kor 15:10
Servire Dio Con Amore e Gioia
Melayani Allah Dengan Cinta Dan Sukacita
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel