PEKAN BIASA XI
Selasa, 14 Juni 2022
Bacaan: 1Raja-Raja 21: 17-29; Matius 5: 43-48
Dalam bacaan I kemarin Nabot dibunuh dengan cara melemparinya dengan batu sampai mati. Hal itu terjadi karena kejahatan raja Ahab dan Izebel istrinya. Raja Ahab memaksa Nabot untuk memberikan kebun anggur warisan leluhurnya kepada raja Ahab. Pelaksanaan kehendak raja Ahab ini dilakukan oleh Izebel istrinya dengan menulis surat resmi kepada tua-tua dan pemuka-pemuka agar Nabot bisa dilempari dengan batu sampai mati.
Apa yang dilakukan oleh raja Ahab dan istrinya Izebel ini ternyata sampai kepada Tuhan. Maka Tuhan bersabda kepada nabi Elia. “Bangunlah, pergilah menemui Ahab, raja Israel di Samaria. Ia telah pergi ke kebun anggur Nabot untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya. Katakanlah kepadanya demikian: ‘Beginilah sabda Tuhan: Engkau telah membunuh dan merampas!’ Katakan pula kepadanya: ‘Beginilah sabda Tuhan: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ pulalah anjing akan menjilat darahmu’… Sungguh, aku akan mendatangkan malapetaka kepadamu. Aku akan menyapu engkau dan melenyapkan setiap orang laki-laki dari keluarga Ahab” (1Raj 21: 17-19).
Juga mengenai Izebel Tuhan bersabda: “Anjing akan memakan Izebel di tembok luar Yizreel. Siapa saja dari keluarga Ahab yang mati di kota akan dimakan anjing, dan yang mati di padang akan dimakan burung di udara.” Mendengar itu, Ahab mengoyakkan pakaiannya, mengenakan kain kabung pada tubuhnya, dan berpuasa. Bahkan ia tidur dengan memakai kain kabung, dan berjalan dengan langkah lamban” (1Raj 21: 23-24.27).
Menyaksikan sikap dan prilaku Ahab itu, bersabdalah Tuhan kepada Elia: “Sudahkan kau lihat, bahwa Ahab merendahkan diri di hadapanku? Oleh karena ia telah merendahkan diri di hadapan-Ku, maka Aku tidak akan mendatangkan melatapetaka dalam zamannya. Barulah dalam zaman anaknya Aku akan mendatangkan malapetaka atas keluarganya” (1Raj 21: 28-29).
Dari kisah ini, ada tiga butir renungan yang berguna bagi hidup kita.
1). Kejahatan Pasti Membawa Akibat Negatif
Raja Ahab merampas dan merebut kebun Nabot sampai ia mati karena dilempari dengan batu. Inilah kejahatan oleh raja Ahab dalam kerjasama dengan istrinya Izebel. Kejahatan yang ia lakukan bersama istrinya itu tidak selesai begitu saja. Tetapi ada buah atau akibat yang harus ditanggung, yaitu malapetaka dan bahkan mereka akan dilenyapkan dari muka bumi.
Belajar dari raja Ahab dan istrinya, hendaklah kita tidak berani berbuat jahat atau melakukan kejahatan terhadap orang lain. Bila kita melakukan kejahatan, janganlah kita merasa aman-aman dan nyaman-nyaman saja. Kejahatan sama dengan menanam pohon. Setiap pohon yang ditanam akan bertumbuh dan berkembang serta berbunga dan berbuah. Seperti pohon bertumbuh dan berbuah, demikian setiap perbuatan jahat pasti menghasilkan buah penderitaan bagi diri dan sesama.
Itu sebabnya, janganlah kita berbuat jahat seperti raja Ahab dan istrinya Izebel. Lebih baik kita hanya melakukan perbuatan baik dalam hidup di dunia ini. Meskipun ada jalan atau sarana serta ada peluang dan kesempatan untuk berbuat jahat atau untuk melakukan kejahatan, kita harus teguh pada tekad dan komitmen untuk berbuat baik atau melakukan perbuatan baik. Di hadapan setiap peluang dan kesempatan, kita harus memegang teguh sabda atau perintah Tuhan ini: “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik” (Mzm 34: 15).
2). Jangan Kita Membantu Rencana Jahat
Sebagai seorang istri, Izebel sangat baik, karena ia membantu mengatasi persoalan atau masalah suaminya raja Ahab. Akan tetapi persoalan atau masalah yang ia bantu itu adalah masalah kejahatan, penyeborotan atau pengambilan kebun Nabot sampai Nabot sendiri mati. Kalau istrinya membantu dalam persoalan atau masalah lain, tidak apa-apa. Tetapi hal yang menjadi persoalan adalah menggolkan atau mensukeskan niat dan rencana jahat. Inilah hal yang tidak baik dan semestinya tidak boleh terjadi dalam hidup.
Berdasarkan contoh ini, janganlah kita bersikap dan bertindak seperti Izebel, istri raja Ahab. Kita tidak boleh bermain di dalam rencana dan kegiatan jahat. Bila kita membantu orang lain, hendaklah kita membantu dalam rencana dan perbuatan yang baik. Kita tidak boleh terlibat dalam permainan jahat untuk menyukseskan atau memberhasilkan suatu tindakan kejahatan.
Berbuat jahat bukanlah panggilan Tuhan atas hidup kita. Tuhan memanggil kita hanya untuk berbuat baik, dan bukan untuk berbuat jahat. Kalau ada kejahatan, kita harus mengalahkan kejahatan itu dengan kebaikan. Kejahatan tidak dapat dikalahkan dengan kejahatan, tetapi hanya dengan kebaikan.
Inilah kata-kata Rasul Paulus: “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkan kejahatan dengan kebaikan” (Rm 12: 21). Kejahatan tidak boleh menang. Sebab itu jangan kita terlibat dalam kejahatan. Jangan kita ikut bermain di dalam rencana jahat dan kegiatan jahat. Jangan juga kita mendukung rencana jahat dan kegiatan jahat. Apabila kita tidak mampu mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, lebih baik kita lari meninggalkan kejahatan itu. Kita harus menghindari dan melarikan diri dari kejahatan daripada kita menonton permainan jahat. Menonton membuat kita lama kelamaan merasa tertarik dan akhirnya kita dapat terlibat dan ikut bermain di dalam kejahatan yang ada.
3). Menyesal dan Bertobat
Ketika raja Ahab mendengar dari nabi Elia akibat negatif dari kejahatan yang ia lakukan bersama istrinya, ia ‘mengoyakkan pakaiannya, mengenakan kain kabung dan berpuasa. Bahkan ia tidur dengan memakai kain kabung dan berjalan dengan langkah lamban’. Ia benar-benar merendahkan diri di hadapan Tuhan, sehingga Tuhan tidak mendatangkan malapetaka dalam zamannya.
Kita bukanlah orang sempurna. Seperti raja Ahab dan istrinya kita bisa saja merancang dan melakukan kejahatan. Namun kita tidak boleh sombong dan angkuh. Kita harus jujur dan rendah hati, Kita harus merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kita mesti menyerahkan kepada Tuhan dosa dan kejahatan kita. Maka Tuhan akan berbelas kasih kepada kita. Dengan demikian kita terbebas dari penderitaan yang bisa terjadi atas kita.
Kita benar-benar mesti merenungkan dan menghayati sabda Tuhan ini: “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karen Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mat 9: 13). Belas kasihan adalah kehendak Tuhan bagi kita.Maka bila kita berdosa atau berbuat jahat, serahkanlah diri dan hidup kita seutuhnya kepada Tuhan. Dengan demikian Tuhan menyembuhkan luka-luka dosa kita dengan belas kasihan dan kerahiman-Nya, dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya.
Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel