MINGGU BIASA XIV
Sabtu, 9 Juli 2022
Bacaan: Yesaya 6: 1-8; Matius 10: 24-33
Nabi Yesaya, melihat visio atau penglihatan tentang “Tuhan yang duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang , dan ujung jubah-Nya memenuhi bait suci. Di atas-Nya ada para Serafin … Mereka semua berseru seorang kepada yang lain: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” (Yes 6: 1-3).
“Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu, dan rumah itu pun penuhlah dengan asap.” Mengalami kejadian itu, Yesaya menjadi takut: “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini orang yang berbibir najis, dan aku tinggal di tengah bangsa yang berbibir najis, namun mataku telah melihat Sang Raja,Tuhan semesta alam.”
Pada saat itu juga ‘seorang dari para seraphim terbang mendapatkan daku. Di tangannya ada bara api yang diambil dengan sepit dari atas mazbah. Ia menyentuhkannya pada mulutku serta berkata: “Lihat, bara ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni” (Yes 6: 4-7).
Dampak dari Pembersihan Diri dan Hidup
Dengan pembersihan diri dan hidup, kita menjadi pantas untuk memuji kekudusan dan kemuliaan Allah. Tuhan semesta alam adalah kudus dan mulia. Kekudusan dan kemuliaan adalah properti pribadi dari Tuhan. Akan tetapi Tuhan yang sama memanggil kita semua kepada kekudusan dan kemuliaan. Untuk itu Allah menghapus kesalahan kesalahan kita dan mengampuni dosa-dosa kita.
Sesudah kesalahan kita dihapus dan dosa kita diampuni, tentu kita mengalami kekudusan dan kemuliaan dalam hidup. Penghapusan atas kesalahan-kesalahan kita dan pengampunan atas dosa-dosa kita membuat kita merasakan hidup yang lebih baik, lebih gembira dan sukacita serta hidup yang lebih kudus dan lebih mulia daripada kehidupan sebelumnya. Kita pengalami prubahan hidup yang positif bila kita menerima penghapusan dan pengampunan dari Tuhan.
Dalam kondisi hidup demikian, suara Tuhan akan berseru kepada kepada kita seperti halnya kepada Yesaya: “Siapakah yang akan Kuutus? Dan siapakah yang akan pergi atas nama-Ku? Maka kita bisa menjawab seperti Yesaya: “Inilah aku, utuslah aku!” (Yes 6: 8).
Berdasarkan kisah suci ini, seperti Yesaya pasti tidak semua kita bersih. Bahkan mungkin lebih dari Yesaya, kita tidak hanya ‘najis bibir’, tetapi seluruh anggota tubuh kita yang lain juga najis. Namun demikian, janganlah kita panik atau pesimis dengan hidup dan anggota tubuh kita yang tidak bersih. Dengan cara-Nya sendiri, entah dengan bara api dan terutama dengan api Roh Kudus, Tuhan akan menjamah dan menyentuh diri dan hidup kita, sehingga kesalahan kita dihapuskan dan dosa kita diampuni.
Kesalahan dan dosa kita manusia tidak melampaui dan menguasai kemurahan dan kerahiman Tuhan. Tetapi kemurahan dan kerahiman Tuhan selalu melampui kesalahan dan dosa yang kita lakukan. Karena itu kita tidak perlu panik, gelisah dan putus asa bila hidup kita dan anggota-anggota tubuh kita tidak bersih.
Yang terpenting, kita jujur dan rendah hati dengan diri kita. Kita perlu berani membongkar dosa dan kesalahan kita kepada Tuhan di tempat pengakuan. Tuhan pasti mendengarkan kita dan mengampuni dosa dan kesalahan kita. Dengan itu kita menjadi bebas dan lega dan siap dipakai dan diutus oleh Tuhan untuk misi atau tugas apa saja. Kita harus berani berkata seperti Yesaya: ‘Inilah aku dan utuslah aku!’
Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel