Ruteng, infopertama.com – Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) Kabupaten Manggarai, Bony Oldam Romas menyoroti persoalan tanaman kopi di wilayah Manggarai raya yang kini menghadapi tantangan serius dari sisi produktivitas akibat usia tanaman yang sudah tua.
Sebagian besar pohon kopi, menurutnya, telah berumur antara 25 hingga 30 tahun, yang berdampak pada terus menurunnya hasil panen, sehingga penting untuk dilakukan regenerasi.
Ia menekankan pentingnya dukungan pembiayaan bagi petani kopi, khususnya dalam proses peremajaan tanaman.
“Kalau ingin mencapai produktivitas satu ton per hektare, maka peremajaan adalah keharusan. Tapi ini butuh waktu, karena tanaman kopi baru bisa berbuah setelah tiga hingga tiga setengah tahun,” ujarnya saat menghadiri kegiatan sosialisasi bertajuk “Penyaluran Bantuan UMi/KUR kepada Kelompok Petani Kopi di Manggarai di Aula Sinergi KPPN Ruteng, Selasa (28/10/2025).
Kegiatan yang diinisiasi oleh KPPN Ruteng ini mempertemukan kelompok petani kopi lokal, Kadin, Asnikom, serta lembaga keuangan PT Pegadaian dan PNM Mekar Cabang Ruteng, guna mencari solusi pendanaan untuk mendukung peremajaan tanaman kopi di daerah tersebut.
Kepala KPPN Ruteng, Akhmad Zainuddin, menjelaskan bahwa forum ini digelar sebagai upaya bersama mencari solusi atas menurunnya produktivitas kopi di wilayah Manggarai akibat tanaman yang sudah tua.
Ia menegaskan bahwa proses peremajaan membutuhkan dukungan pembiayaan yang memadai.
“KPPN Ruteng telah berkoordinasi dengan PT Pegadaian dan PNM Mekar guna mencari skema pendanaan yang sesuai bagi kelompok petani kopi,” ujarnya.
Dari pengakuan di forum tersebut, Bony sendiri telah menunjukkan dedikasi kuat terhadap pengembangan kopi lokal. Kecintaannya terhadap kopi diwujudkan melalui pendirian Kafe Kopi Mane, yang menjadi ruang promosi dan edukasi kopi khas Manggarai.
Dirinya juga aktif memasarkan kopi Manggarai ke kancah internasional, termasuk ke Madrid, Kuala Lumpur, dan Yordania. Ia menyebut bahwa kopi asal Manggarai kini telah menembus pasar global dan menjadi komoditas unggulan yang mampu bersaing secara kualitas bahkan eputasi kopi Manggarai telah diakui secara nasional dan internasional.
” Pertemuan saya terakhir dengan Gubernur NTT, ketika dia berkunjung ke Labuan Bajo, beliau ajak nge-push juga kopi ini sebagai salah satu produk unggulan selain memberi kesejahteraan petani juga meningkatkan PAD Provinsi NTT,” ujarnya.
Ia menambahkan, kopi dari Manggarai telah mengantongi dua sertifikat dari Kementerian Hukum dan HAM melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Pengakuan ini menjadi bukti bahwa kopi Manggarai memiliki kualitas tinggi.
“Karena tidak semua kopi di Manggarai bahkan di seluruh Indonesia bisa mendapatkan sertifikat seperti itu,” kata Bony.
Baik jenis Arabika maupun Robusta dari Manggarai, lanjut Bony, telah menunjukkan prestasi di berbagai ajang kompetisi kopi internasional, dengan capaian minimal medali perunggu.
“Bahkan kopi Robusta kita di Paris tahun 2015, mendapatkan peringkat pertama seluruh dunia,” ujarnya.
Ironisnya, hal itu terjadi di tengah harga kopi yang terus menunjukkan tren tinggi. “Harga kopi Arabika sekarang tidak pernah turun di bawah Rp80 ribu per kilogram. Robusta yang dulu hanya Rp35 ribu, kini sudah tembus Rp80-90 ribu,” katanya.
Namun, ia juga menyoroti fenomena maraknya praktik ijon yang menjerat para petani. “Ijon itu ketika orang yang punya uang memberikan pinjaman sebelum panen, biasanya di bulan Januari–Februari. Akibatnya, harga kopi bisa ditebus setengah dari harga normal, dan petani tak punya pilihan,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya perhatian dan dukungan dari berbagai pihak untuk meremajakan tanaman kopi serta menciptakan sistem pembiayaan yang sehat bagi petani agar potensi kopi Manggarai sehingga dapat mempertahankan kopi sebagai produk unggulan Manggarai.
“Kalau dulu, orang di Colol itu tidak maunjadi PNS, karena hasil kopi mereka itu satu hektare, minimal hasilnya satu ton,” ujarnya menggambarkan produktivitas kopi yang bagus.
Ia berharap melalui sinergi ini, lembaga keuangan bisa ikut membantu memberikan solusi pendanaan yang tepat bagi petani.
“Dengan pendanaan yang memadai, petani bisa mulai memugar lahannya dan menanam pohon kopi baru demi keberlanjutan produksi,” tambahnya.
Langkah ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan petani, khususnya dalam memperkuat sektor pertanian kopi yang menjadi komoditas unggulan daerah.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel




