P. Kons Beo, SVD
Para ahli Alkitab pasti tak meleset. Jika mesti ditafsir kenyataan ‘naga merah‘ seperti yang terkisah dalam Kitab Wahyu itu. Setan kah si naga merah itu? Iblis jahanam kah ia? Iya, kiranya seperti itu sudah.
Bayangkan! Berhadapan dengan perempuan yang lagi kesakitan untuk melahirkan, naga merah telah bersiaga dalam kegarangannya. Tulis Kitab Wahyu,
“Naga itu di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan anaknya” (Wahyu 12:4).
Tak hanya itu. Lukisan ‘sepertiga dari bintang-bintang di langit yang disapu ekor naga merah, dan siap untuk dilemparkan ke bumi, tunjukan betapa dahsyatlah kuasa penuh teror di langit dan di bumi milik si naga merah itu.
Apakah kiranya Anak laki-laki yang dilahirkan itu adalah “Yesus Anak Allah, di Betlehem kota Daud?” Yang kehadiranNya sebagai Raja yang baru dilahirkan itu telah mengganggu kenyamanan naga merah Herodes?
Dan tidak kah, akhirnya, sapuan ekor pedang-pedang kelaliman Herodes terhadap bayi-bayi telah jadi petaka bagi air mata duka penuh getir di kawasan Betlehem dan sekitarnya?
Alam teror naga merah, nyata-nyatanya, tak berhenti di masa sang Putra yang dilahirkan. Ekor naga merah tetaplah terentang panjang dalam jarak dan waktu. Tidakkah episode tragis Kalvari telah jadi batasan penuh pilu antara perempuan itu dan Putranya? Dramatis memang. Nampaknya si naga merah itu adalah segalanya!
Dan, mungkinkah alam si naga merah tetap bertaji hingga detik ini? Saat dunia tetap ada dalam alam suram, seram tak karuan? Akan kah terlahir orang-orang tangguh dan arif untuk atasi kegarangan alam si naga merah? Mari tengok ke alam negeri.
Rahim Ibu Pertiwi lagi ‘kesakitan siap lahirkan pemimpin baru.’ Namun mitologia khaos di jelang kisah itu tampaknya tak kosong. Alam naga merah sudah lama mencekam. Di jalanan kota dan ruang terbuka, ‘si naga merah’ sudah mengekor dalam demo berjilid-jilid. Hoaks, berita bohong, ujaran penuh benci, claiming sepihak penuh sesat dan pembunuhan karakter adalah strategi dan operasi si naga merah itu.
Mungkinkah ‘alam naga merah’ itu dirancang regim dan semua yang bertakhta di lingkarannya? Yang didakwah ingin langgengkan nikmatnya oligarki kekuasaan?
Tetapi, tidakkah alam naga merah bisa dialamatkan juga pada strategi dan tindak ‘licik dan kotor’ dari para dukun politik yang uar-uarkan mantra-mantra penuh kebencian dan pembunuhan karakter? Yang hanya ingin bikin tensi perseteruan semakin menanjak dan memuncak?
Ibu Pertiwi tak pernah kekurangan anggota dan kelompok barisan sakit hati. Tak kehabisan para pengangguran dan gelandangan politik, yang merasa terbuang dalam waktu tak menentu. Ibu Pertiwi tak ketiadaan siapapun yang lagi panik akan keamanan dan keselamatan kepentingan sendiri. Dan dari situlah ‘alam naga merah’ mesti dikreasi sebisanya.
Ibu Pertiwi tentu tak ingin marwah negeri direndahkan. Tak ingin dikalahkan oleh alam naga merah nan seram itu. Kemuliaan negeri, setidaknya, ditentukan oleh anak negeri sendiri, yang segera dilahirkan sebagai pemimpin.
Dan marilah kita menyambutnya dengan penuh perjuangan! Dan, sekali lagi, sedikitpun tak boleh berantakan oleh terjangan ‘ekor naga merah padam itu.’
Verbo Dei Amorem Spiranti
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp ChanelÂ
Â