Pemeliharaan dan Penyelenggaraan Tuhan

Pemeliharaan dan penyelenggaraan Tuhan
Ilustrasi (ist)
idulfitri

PEKAN BIASA XI
Jumat, 17 Juni 2022
Bacaan: 2Raja-Raja 11: 1-4.9-18.20; Matius 6: 19-23

Karena anaknya sudah mati, Atalya, ibu Ahazia “membinasakan semua keturunan raja. Tetapi Yoseba, putrid Raja Yoram, saudari Ahazia mengambil Yoas, putra Ahazia, dan menculik dia dari tengah-rengah putra-putra raja yang hendak dibunuh itu. Yoas dimasukkannya bersama inang penyusunya ke dalam gudang tempat tidur dan disembunyikan terhadap Atalya sehingga tidak ikut dibunuh. Maka tinggallah ia enam tahun lamanya bersama inang penyusunya dengan bersembunyi di rumah Tuhan (2Raj 11: 1-3).

Pada tahun yang ketujuh, Yoyada, kepala para imam di Yerusalem mengundang ke rumah Tuhan para kepala pasukan seratus dari orang Kari dan dari pasukan bentara. Kepada mereka imam Yoyada memperlihatkan Yoas putra raja itu. Di hadapan para pasukan itu, imam Yoyada “membawa putra raja itu ke luar, mengenakan jejamang padanya dan memberikan hukum Allah kepadanya. Mereka menobatkan dia menjadi raja serta mengurapinya, dan sambil bertepuk tangan berserulah mereka: ‘Hiduplah Raja!” (2Raj 11: 4.12).

Mendengar dan menyaksikan peristiwa penobatan dan pengurapan raja baru itu, ‘Atalya mengoyakkan pakaiannya sambil berseru: “Khianat! Khianat!”. Tetapi imam Yoyada memberi perintah kepada para kepala pasukan seratus, katanya: ‘Bawalah dia keluar dari barisan! Siapa yang memihak dia, bunuhlah dengan pedang!” Sebab sebelumnya Yoyada telah berkata: “Janganlah ia dibunuh di rumah Tuhan! Maka mereka menangkap Atalya. Dan pada waktu ia masuk ke istana melalui pintu bagi kuda, dibunuhlah ia di situ… Maka bersukarialah seluruh rakyat negeri dan amanlah kota, setelah Ratu Atalya mati dibunuh dengan pedang di istana raja” (2Raj 11:14-16.20).

Dari kisah ini, ada 2 pikiran yang berguna bagi kita.

Bila Ada Penderitaan, Janganlah Menyiksa Orang Lain

Ratu Atalya mengalami kematian anaknya. Entah karena merasa stress atau merasa kehilangan anaknya, ‘ia membinasakan semua keturunan raja.’ Pasti semua orang dan warga berada dalam suasana takut yang luar biasa. Kalau ia menerima kematian anaknya dengan kuat, tabah dan ikhlas, tentu tidak terjadi peristiwa yang menggemparkan dan menakutkan orang atau warga. Tetapi justru ia memerintahkan pembunuhan bagi semua anak turunan raja.

Seperti Ratu Atalya, kita pasti mengalami penderitaan, kesulitan dan persoalan apa saja, termasuk kematian. Tetapi janganlah seperti Ratu Atalya, kita menyusahkan, menyiksa dan menghancurkan orang lain. Kesusahan, penderitaan dan kesulitan pasti tidak disebabkan oleh orang lain. Kalau pun ada persoalan dan masalah, penderitaan dan kesusahan yang disebabkan oleh orang lain, kita tetap tidak boleh begitu reaktif sampai menyusahkan dan menyengsarakan orang lain.

Ketika kita menyusahkan dan menyengsarakan orang lain, apalagi sampai mengancam kenyamanan hidup mereka dan kemudian membunuh nyawa orang lain, janganlah kita pikir segala persoalan selesai. Cepat atau lambat, penderitaan dan kesengsaraan yang kita timpakan kepada orang lain akan kembali menimpa diri dan hidup kita. Hal inilah yang dialami oleh Ratu Atalya. Dia membunuh semua turunan raja, tetapi buahnya, ia sendiri dibunuh dengan pedang oleh orang lain.

“Suatu pedang akan menembusi jiwamu sendiri” (Luk 2: 35). Siapa memakai pedang untuk membunuh orang lain, ia akan kembali dibunuh dengan pedang. Siapa menggunakan parang untuk menghabisi nyawa orang lain, parang yang sama atau parang lain akan kembali menghabisi hidup orang itu. Siapa menembak orang lain dengan senjata atau pistol, senjata atau pistol yang sama atau senjata atau pinstol yang lain pasti akan mengancam keselamatan hidup orang itu sendiri.

Intinya, jika seseorang membunuh orang lain, “maka ia seorang pembunuh; pastilah pembunuh itu dibunuh” (Bil 35: 17). Kekerasan yang kita lakukan kepada orang lain akan mengancam kehidupan kita sendiri. Sebab itu bila ada penderitaan, kesulitan atau persoalan, penderitaan dan kesusahan yang kita alami, janganlah kita melampiaskan emosi dan kemarahan kita dengan merusak atau menghancurkan orang lain. Tetapi hadapilah semua kesulitan dan persoalan, penderitaan dan kesusahan dengan tabah dan sabar sambil terus percaya kepada Tuhan yang tidak mungkin melupakan atau meninggalkan kita.

Percayalah Pada Pemeliharaan dan Penyelenggaraan Tuhan

Dari semua turunan raja yang mati dibunuh oleh Ratu Atalya, tinggal satu yang hidup, yaitu Boas. Boas tidak hidup dengan cara normal, tetapi dengan cara yang amat sedih dan memprihatinkan. Dia hidup karena Yoseba, putrid Raja Yoram menculik Boas, seorang bayi kecil, lalu memasukkannya dan menyembunyikannya dengan inang penyusunya di kolong tempat tidur di rumah Tuhan selama enam tahun.

Dalam perjalanan waktu sesudah tahun ketujuh, sungguh terjadi mukjizat atas diri Boas. Melalui seremeoni yang luar biasa, Boas lalu dipilih dan diangkat, dinobatkan dan diurapi menjadi raja oleh imam Yoyada.

Belajar dari kasus Boas ini, kita harus percaya pada “Providentia Dei” atau Penyelanggaraan Tuhan. Bila Tuhan menghendaki dan mencintai kita, maka dengan cara apa pun dan melalui siapa pun, Ia akan mengatur dan menuntun kita, melindungi dan memelihara kita, membesarkan dan membimbing kita. Tujuannya bukan saja supaya kita selamat atau hidup, tetapi juga untuk maksud dan tujuan lain lebih besar dan lebih luas yang berada di luar cita-cita, rencana atau perhitungan manusia.

Sebab itu, yakinlah dan percayalah pada pemeliharaan dan penyelenggaraan Tuhan. Apa pun situasi dan keadaan yang ada, janganlah kita pernah mengabaikan dan melupakan Tuhan. Berhadapan dengan pristiwa apa saja, Pemazmur mengajak kita: “Biarlah bersorak-sorai dan bersukacita orang-orang yang ingin melihat aku dibenarkan! Biarlah mereka tetap berkata: “Tuhan itu besar, Dia menginginkan keselamatan hamba-Nya” (Mzm 35: 27).

Dalam semua situasi dan kejadian di dunia ini, Tuhan tetap ‘menginginkan keselamatan’ kita seperti halnya Boas. Tuhan itu besar dan mempunyai rencana yang besar juga atas diri dan hidup kita. Itulah sebabnya kita mesti tetap bersukacita dan bersorak-sorai dalam hidup, karena Tuhan akan melakukan pemeliharaan dan penyelenggaraan atas diri dan hidup kita.

Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng