Cirebon, infopertama.com – Keberadaan Cecak dalam rumah sering dianggap sebagai hewan yang tidak berguna. Tapi, ternyata hewan melata ini malah menjadi berkah bagi warga Kecamatan Kapatekan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Bahkan, mereka bisa mendapatkan keuntungan ratusan juta rupiah dari bisnis cecak kering.
Sugandi, salah seorang warga desa tersebut mengaku sudah lama geluti bisnis cecak kering dan mengekspornya ke Tiongkok. Ia menjelaskan kegunaan atau manfaat dari cecak, hewan melata yang dikeringkan ini akan jadikan sebagai obat dan bahan produk kecantikan di sana.
Informasinya, di negara-negara seperti Tiongkok, Taiwan, Hong Kong, India, dan Thailand, mempercayai bahwa hewan melata seperti cecak bisa menjadi obat untuk sejumlah penyakit seperti asma, wasir, gangguan pencernaan, penyakit kulit seperti gatal-gatal, hingga kanker.
Cecak kering ini bisa santap dagingnya. Tapi, kini banyak perusahaan obat yang menjadikan cecak kering sebagai bubuk sehingga orang-orang yang membutuhkannya lebih mudah mengonsumsinya.
Tingginya Permintaan
Meski banyak dan mudah menemukan di rumah kita, jumlah cecak di Tiongkok sebenarnya terbatas. Oleh karena itu, permintaan cecak sebagai obat di negara-negara tersebut sangat tinggi. Banyak produsen obat yang mencarinya hingga ke negara lain, termasuk Indonesia.
Hal inilah yang ternyata dimanfaatkan Sugandi dan tetangga-tetangganya di Kecamatan Kapatekan. Mereka mampu menjual cecak kering dengan harga cukup mahal. Cecak kering harganya pada kisaran Rp280 ribu per kilogram untuk grade B dan Rp380 per kilogram untuk cecak kering grade A.
“Cecak kering dalam keadaan utuh itu istilahnya grade A,” jelas laki-laki berusia 54 tahun tersebut.
Dapatkan dari Pengepul
Sugandi mengaku sudah memiliki koneksi dengan pengepul yang mendapatkan cecak-cecak dari Cirebon, Indramayu, Karawang, dan daerah-daerah sekitarnya. Cecak basah ia beli dengan harga Rp52 ribu.
Cecak-cecak ini kemudian dicuci sampai bersih dari kotoran. Setelahnya, hewan berukuran kecil ini jemur seharian. Meski sudah jemur, cecak-cecak ini masih dalam kondisi setengah kering.

Hewan ini pun kemudian ia masukkan ke dalam oven untuk dipanaskan dari malam hingga pagi. Esok harinya, cecak sudah benar-benar kering dan masukkan ke dalam wadah plastik bening.
Setiap harinya, setidaknya Sugandi memproduksi 40 kg cecak kering. Tapi, cecak-cecak tersebut tidak langsung ia jual ke Tiongkok. Ia mengumpulkannya terlebih dahulu sampai membuat satu kontainer penuh.
Sejak merintisnya pada 2009, bisnis cecak kering Sugandi terus berkembang. Kini, bersama dengan bantuan ibu-ibu setempat, ia mampu menghasilkan cecak kering siap ekspor lebih dari 1 ton setiap bulan. Omzet bisnis cecak kering ini pun fantastis, mencapai ratusan juta rupiah per bulan.***
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel