Memang Bila Kita Kaji Lebih Jauh

Bunda
Pater Kons Beo, SVD (Dokumen Pribadi)

(sekadar tengok ke dalam)

P. Kons Beo, SVD

infopertama.com – Itulah gelagat dari riak-riak hati. Kita memang tak luput dalam benturan dan guratan persoalan di ziarah hidup ini.

Tetapi…

Lihatlah gerak laku kita hadapi kenyataan persoalan. Kiri kanan, ke sana ke mari kita mencari dan bahkan ‘menuntut’ solusi. Sebab kita sudah tertenun dalam yakin: hidup mesti asri dan nyaman. Segalanya ada dalam jaminan pasti.

Karena itulah….

Benarlah telaah si bijak. Ringkasnya demikian: Segera tampillah banyak penolong untuk cepat membantu. Konselor mau bergerak cepat pecahkan masalah. Bapa spiritual pun nampaknya segera bersemangat. Ingin tumpahkan segala menu spiritualnya. Berkobar-kobar litaniakan segala kata-kata bertuah. Tak lupa, pengamat segera lantangkan mau-maunya yang diopinikan!

Lagi pula… untuk diri sendiri….

Simaklah alur doa-doa kita. Sesegeranya kita menuntut Awan atau bahkan mencakar-cakar Langit agar janganlah kita ditimpa petaka. Ingin bebas murni dari segala azab dan derita. Bagi kita rahmat berarti sungguh nikmatlah aura asmara kehidupan ini. Tak ada tangis dan air mata. Tiada pula rasa sesak di dada. Yang menjepit dan menekan.

Benar kah demikian?

Iya, sebab hidup mesti jadi satu ajang kajian yang berarah dan elok. Karena itu ‘Tak perlu hamburkan banyak jawaban, sekiranya pertanyaannya belum jelas.’ Tak usahlah deretkan banyak jalan keluar sekiranya kita sendiri tak tahu di titik mana sebenarnya kita ‘oleng, terseret tertati-tati atau bahkan tersesat.’

Bisa saja…

Kita tak butuh jawaban cepat saji. Hati kita sebenarnya hanya sebatasnya ingin bicara. Tumpahkan segala keruwetan gejolak hati. Kita hanya butuh sahabat yang miliki hati untuk mendengar. Iya, hanya sebatas diam. Sendengkan telinga dan menemani. Kita tak ingin lagi berjalan dan terus berjalan hanya untuk ‘memenuhi diri yang masih terasa kosong.’ Sebab, itu tadi, kita lagi inflasi rasa di rongga dada dan sumpeknya isi pikiran yang menekan kepala.

Simaklah….

Di ziarah hidup ini, terlalu mudahlah bagi kita untuk temukan sesama yang rimbun dengan segala kiat dan kata-kata mutiara penuh simpatik!

Bagaimana pun…

‘Bila kita kaji lebih jauh’ kita sebenarnya hanya rindukan teman seperjalanan. Kita impikan kehadirannya penuh harapan. Membawa damai dan rasa sejuk. Hingga saatnya kita tiba pada sebuah ‘a ha moment’ berseri penuh ceriah.

Si bocil dan si balita, sebenarnya, tak inginkan ‘banyak barang mati’ sebagai ‘sahabat’ di genggaman tangan. Atau tertumpuk di sekelilignya. Sebab yang dirindukannya hanyalah lebih banyak ‘tampaknya wajah senyum sang ibu.’ Atau? Mereka rindukan lebih banyaknya kehadiran sang ayah yang siap menemani.

Di alam nyata yang tertangkap pancaindra kita sebenarnya tidak menuntut jawaban pasti untuk setiap persoalan. Kita hanya impikan sebuah hati yang memahami. Hati yang tak mesti tahu ke mana kaki kita melangkah. Namun tetap penuh harapan dalam doa, kasih dan pengorbanan.

Tragedi di Golgota menyimpan duka nestapa tak terkirakan. ‘Perjalanan ke Emaus terasa sangat menyedihkan.’ Kedua murid itu memang tak butuh jawaban pasti tentang apa sebenarnya di balik semua yang telah terjadi. Berdua hanya rindukan sosok yang bisa ‘ada bersama dan menemani.’ Sebagai tempat sandaran rasa hati yang terbengkalai. Untuk kemudian ditenun kembali dalam kepastian dan sukacita.

Di sekitar dan di sekeliling kita, yang ada hanyalah pikiran. Hanya ada kata-kata, bahkan kegaduhan yang berisik. Iya, hanya ada tafsiran serta serba-serbi sisa-sisa suara yang menari-nari membentur kuping. Namun, ‘bila kita kaji lebih jauh, semuanya hanyalah Tuhan yang tahu pasti…’

Bagaimana pun, yang terbaik itu, kata si bijak, “Bukanlah sebuah perjalanan untuk maju. Tetapi sebuah perjalanan pulang. Kembali kepada semesta dan kepada diri sendiri.”
Satu keyakinan ingatkan, “Memeluk diri yang tidak indah, juga menjadi satu jalan pembebasan.”
Sebab kemerdekaan itu bukanlah diberi dan dipaksakan. Tetapi bahwa selalu ada ‘ruang kosong bagi ada kita di dalam ADANYA… Dalam RahmatNya yang selalu menyegarkan..

Kepada Penguasa Langit dan Bumi, doa penuh harapan itu tetap membahana, “Siramilah juga jiwa kami semua. Yang tengah dirundung kegalauan……”

Verbo Dei Amorem Spiranti

Batik Air, ID – 6527, Sept 2024.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel 

 

error: Sorry Bro, Anda Terekam CCTV