Ruteng, infopertama.com – Beberapa Warga di satu kompleks di kelurahan Tenda, kecamatan Langke Rembong keluhkan aroma tak sedap sepanjang hari di komplek mereka. Pasalnya, salah satu pabrik tempe di kompleks mereka membuang limbah langsung ke got di depan jalan.
Warga mengaku pabrik Tempe tersebut sudah berlangsung lama, sejak Oktober 2022. Paling menyengat, kata warga di sekitar area industri rumahan Tempe itu pada malam hari, sekira pukul 19.00 Wita.
“Malam sekitar jam 7 itu paling bau, karena mungkin buangnya pas waktu itu. Baunya menyengat sekali kadang sampe sore besoknya. Apalagi kalau tidak hujan, limbahnya bertahan di got di depan ini.”
Warga lainnya, mengaku enggan melaporkan hal itu ke pihak kelurahan karena nanti malah kita dianggap iri hati dengan usaha orang lain. Namun, warga tersebut berharap pemerintah bisa segera mengatasi persoalan limbah pabrik tempe tersebut.
Heri Jemadu, lurah Kelurahan Tenda saat dikonfirmasi infopertama.com, Minggu, 30 Juli 2023 mengaku di wilayahnya tidak ada pabrik tahu tempe.
Kanis Nasak, Kadis LHD kabupaten Manggarai, pada hari yang sama mengaku belum mengetahui adanya pabrik Tahu/ Tempe di kelurahan Tenda yang tanpa IPAL. Namun, Kanis akan segera mengecek langsung ke lokasi keesokannya.
“Terimakasih informasinya, besok kami cek lapangan.” Ucap Kanis Nasak via gawainya.
Ketahui, lokasi pabrik Tahu/Tempe rumahan itu berseberangan dengan rumah salah satu anggota DPRD Manggarai. Namun, anggota dewan itu mengaku tidak mengetahui adanya pabrik tersebut. Ia bahkan tidak tau tempat tinggalnya berada di kelurahan Tenda.
“Coba tanya yang merasakan bau itu mereka warga mana karena posisi km msk lurah apa blm jelas.” Ungkapnya kala memastikan alamat rumahnya dalam wilayah kelurahan apa.
Pengrajin Tempe Mengaku Siap Berbenah
Pada Senin, 31 Juli 2023, siang, awak media mendatangi lokasi pengolahan kedelai atau tempat produksi tempe rumahan yang berada di kelurahan Tenda.
Saat awak media datang, tampak pasangan suami istri sedang melakukan packing tempe berukuran kecil. Sontak mereka bangun dan menyapa awak media yang datang.
Setelah berdiskusi sebentar mereka mengakui bahwa mereka sering membuang ke saluran got umum air hasil cucian kedelai.
“Kami usaha kecil-kecilan. Tidak pernah kami menduga bahwa air cucian kedelai ini menimbulkan bau menyengat dan mengganggu warga sekitar.” Ungkap sang istri yang berinisial CSW.
Sementara itu, sang suami menjelaskan bahwa kedelai itu pada malamnya ia rendam dalam satu tong besar. Kemudian, paginya, kedelai itu dia cuci dan air cucian itulah yang ia buang ke got.
“Malam hari kedelainya rendam dulu. Besok paginya baru cuci lalu air cucian kedelai itu yang saya buang saja ke got.” Tuturnya.
Karenanya, ia berkomitmen akan segera membuat lubang di sisi rumah yang nantinya akan jadikan sebagai instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL).
Ia pun menceritakan, bahwa sebelumnya, pada pagi hari ia didatangi tetangganya yang anggota DPRD. Menurutnya, pak Dewan yang ia tidak sebutkan namanya itu menawarkan jika air cucian (limbah) itu nanti bisa disiram ke halaman rumah pak dewan yang letaknya di seberang jalan.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp ChanelÂ
Â