Pw Sto Ambrosius, Uskup & Pujangga Gereja
Selasa, 7 Desember 2021
Yesaya 40: 1-11
Matius 18: 12-14
Sebagai umat pilihan Tuhan, bangsa Israel tidak luput dosa dan kesusahan karena ancaman dan serangan dari bangsa-bangsa lain.
Dalam situasi demikian, Tuhan berfirman: Hiburlah, hiburlah umat-Ku! Tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan Tuhan dua kali lipat karena segala dosanya” (Yes 40: 1-2).
Seperti bangsa Israel, kita tidak selamanya aman dan nyaman, tenang dan damai. Ada-ada saja ancaman, kesulitan dan tantangan, persoalan dan masalah entah karena dosa dan kejahatan atau karena kejadian-kejadian alamiah seperti sakit penyakit atau bencana.
Bila ada orang yang berada dalam suasana hidup demikian, Tuhan meminta kita untuk tidak tinggal merasa aman dan nyaman sendiri. Tetapi kita mesti bergerak dan melakukan sesuatu.
Untuk tujuan itu, kita terutama mesti bertobat dari dosa-dosa kita. Dosa dan kejahatan tidak hanya mengancam hidup kita sendiri, tetapi juga menyebarkan kegelisahan, kecemasan dan ketakutan kepada orang lain.
Ketika kita melakukan ‘teror” dalam bentuk apa saja, “teror” itu pasti mengganggu keamanan dan kenyaman hidup orang lain. Itu sebabnya kita mesti bertobat.
Selain itu kita mesti bangkit untuk membebaskan orang lain dari berbagai bentuk kecemasan, kegelisahan dan ketakutan. Bagaimana caranya? Caranya antara lain adalah dengan upaya menghibur, meneguhkan dan menguatkan orang lain.
Melalui nabi Yesaya Tuhan menegaskan hal ini: Kuatkanlah tangan yang lemah dan teguhkanlah lutut yang goyah. Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: ‘Kuatkanlah hati, janganlah takut. Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri akan menyelamatkan kamu!” (Yes 35: 3-4).
Sesuai dengan sabda Tuhan ini, marilah kita meneguhkan dan menguatkan orang lain dengan kehadiran kita, dengan tegur sapa kita, dengan kepedulian dan ukuran tangan kita.
Kebahagiaan kita tersembunyi dalam diri orang yang gelisah, cemas dan takut. Kebahagiaan itu akan menjadi milik kita pada saat kita membebaskan orang lain dari kegelisahan, kecemasan dan ketakutan dalam hidup mereka. Membebaskan orang lain dari kegelisahan, kecemasan dan ketakutan mereka adalah sumber kegembiraan dan sukacita kita.
Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel