Dampak Cinta Yang Terbagi

Cinta Yang Terbagi
Ilustrasi (Herzindag)
idulfitri

Pekan Biasa I
Senin,10 Januari 2022

1Samuel 1: 1-8; Markus 1: 14-20

Elkana seorang pria Efraim memiliki 2 istri, yaitu Hana dan Penina. “Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak” (1Sam 1: 2). Sebagai seorang suami, perhatian Elkana lebih terarah kepada Penina. “Setiap kali Elkana mempersembahkan kurban, diberikannya kepada Penina, istrinya, dan kepada semua anaknya yang laki-laki dan perempuan masing-masing satu bagian. Tetapi Hana yang sebenarnya lebih dikasihinya, hanya mendapat satu bagian juga, sebab Tuhan telah menutup kandungannya. Karena Tuhan telah menutup kandungan Hana, Penina selalu menyakiti hatinya, supaya Hana gusar … Setiap kali Hana pergi ke rumah Tuhan, Penina menyakiti hatinya, sehingga Hana menangis dan tidak mau makan” (1Sam 1: 4-7).

Dari kisah ini menjadi amat jelas bahwa poligami (seorang suami memiliki lebih dari satu istri) atau poliandri (seorang istri memiliki lebih dari seorang suami) memang terjadi dan dibenarkan menurut agama, kepercayaan dan budaya tertentu. Akan tetapi pada dasarnya, dampak cinta yang terbagi atau pola hidup poligami atau poliandri, tidak akan membawa suasana aman dan tenteram, suasana rukun dan damai serta suasana gembira dan sukacita. Mengapa? Alasannya, karena dalam poligami dan poliandri, akan mudah sekali muncul sikap cemburu dan iri hati, sikap diskriminasi dan sikap membeda-bedakan, sikap tidak adil dan perlakuan pilih kasih satu terhadap yang lain.

Dengan cinta yang terbagi atau poligami atau poliandri, pasti ada pasangan hidup yang dicintai secara menyolok dan berlebihan, dan ada pula pasangan hidup yang diremehkan atau diabaikan. Dalam kondisi demikian, pertengkaran dan perkelahian, perpisahan dan perceraian amat sulit dibendung atau dihindari.

Pertahankan Monogami

Sebab itu hendaklah setiap pasangan suami istri tekun dan setia untuk mempertahankan pola perkawinan atau pernikahan monogami dalam hidup berumah tangga. Memang ada banyak godaan dunia seperti pangkat dan jabatan, harta dan kekuasaan, popularitas dan ketenaran atau juga kecantikan dan kegantengan pada diri siapa saja. Namun pasangan suami istri tidak boleh begitu mudah tergoda atau terpengaruh oleh godaan duniawi apa pun. Pasangan suami akan menghancurkan diri sendiri, pasangan hidup dan anak cucu apabila pasangan suami istri tidak setia dengan pola perkawinan atau pernikahan monogami. Hendaklah setiap pasangan hidup suami istri selalu ingat dan taat mematuhi sabda Tuhan berikut ini:

Laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Mat 19: 5-6).

Allah mempersatukan dua orang insan, yaitu seorang lelaki dan seorang perempuan hanya untuk menjadi satu daging, bukan dua atau lebih. Dua atau lebih partner hidup jelas tidak mewujudkan perintah Tuhan untuk menjadi satu daging.

Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng