Berhasil Karena Tuhan

idulfitri

KHOTBAH HARI MINGGU PASKAH III
Minggu, 1 Mei 2022
Bacaan: Kis 5: 27b-32.40b-41; Why 5: 14-14;
Yoh 21: 1-19

Dalam Injil kita mendengar bahwa para murid yang adalah nelayan pergi menangkap ikan di danau Tiberias. “Tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa”. Dalam keadaan itu, “ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu bahwa itu adalah Yesus.” Mengingat bahwa sepanjang malam itu mereka tidak menangkap apa-apa, Yesus lalu berkata: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka kamu akan peroleh.” Mendengar hal itu, “mereka menebarkan” jala, “dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan!” (Yoh 21: 3-4.6-7).

Berdasarkan kisah Injil ini, para murid sebelumnya tidak menangkap apa-apa, tetapi begitu mereka melakukan perintah Tuhan, mereka lalu berhasil mendapat ikan dalam jumlah yang besar. Saat mereka berhasil mendapat ikan begitu banyak, baru mereka mengenal Yesus: ‘Itu Tuhan.’

Apa pesan untuk kita? Seperti para Rasul, hendaklah pada saat kita berhasil dalam pekerjaan atau usaha apa saja, kita mesti mengenal Tuhan. Para Rasul tidak bisa berbuat apa-apa ketika mereka bekerja sendiri dan mengikuti rencana sendiri. Tetapi begitu mereka mendengar dan mengikuti perintah Tuhan, mereka langsung berhasil menangkap ikan dan saat itu juga mereka mengenal Tuhan.

Mengenal Tuhan pada saat kita berhasil amat penting dan perlu untuk menyadari bahwa kita sebenarnya bukanlah siapa-siapa dan bukan apa-apa. Pada dasarnya kita kosong, tidak memiliki apa-apa dan tidak mampu juga berbuat apa-apa. Dengan analogi nabi Yesaya, “seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang gurun. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila Tuhan menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnya bangsa itu seperti rumput. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya” (Yes 40: 6-7). Kalau hanya kita sendiri saja, kita sama seperti rumput atau bunga. Kita hanya bisa tumbuh. Kita bisa mekar, bisa indah dan semarak, bisa bergaya dan bisa menarik, bisa berdiri tegak, bisa tampil kokoh kuat hanya karena Tuhan memberi daya dan nafas hidup, memberi kemampuan yang tetap kepada kita.

Dalam hidup di dunia ini, kata nabi Yesaya, sabda atau ‘firman Tuhan kita tetap selama-lamanya.’ Itu berarti kita dapat bertahan dan tetap selamanya bertahan untuk hidup dan untuk melakukan pekerjaan apa saja sampai berhasil, hanya bila kita tetap mendengar dan mengikuti sabda Tuhan, tetap mematuhi dan mentaati firman serta perintah-Nya.

Sebab itu bila kita melakukan pekerjaan apa saja, jangan lupa mendengarkan apa sabda Tuhan, apa kata-kata-Nya, apa kehendak dan rencana-Nya, apa mau-Nya Dia. Kita mungkin memiliki keahlian atau skill yang hebat untuk melakukan pekerjaaan apa saja, tetapi tanpa sabda Tuhan, semua keahlian dan skill manusia tidak pasti menjamin terjadinya kesuksesan, keberhasilan dan keselamatan hidup dan pekerjaan kita.

Lebih dari itu, bila kita sudah berhasil dalam pekerjaan dan usaha kita, jangan kita lupa kenal dan ingat Tuhan dan bersyukur kepada-Nya. Kita mesti sadar bahwa kita tidak bekerja dan berjuang sendiri dari awal sampai akhir. Meskipun tersembunyi, Tuhan pasti sudah terus ikut dan terus terlibat dalam pekerjaan kita, sehingga kita mampu sampai berhasil. Ingat sabda Tuhan: “Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15: 5). Dalam seluruh proses pekerjaan apa saja, kita tidak akan mampu berbuat apa-apa sampai berhasil, bila kita tidak bersatu dan menyatu dengan Tuhan.

Suatu hari Nadus pergi ke rumah Nasrudin. Begitu mendengar ketukan di pintu, Nasrudin melongok dari jendela dan bertanya: ‘Siapa itu?” “Saya” jawab Nadus. “Ya, tapi saudara siapa?” Tanya Nasrudin. “Saya ini menantu Tuhan. Maukah saudara menerima saya untuk menginap di rumah ini?” “Tunggu dulu,” jawab Nasrudin. Nasrudin pun pake jubahnya dan sepatu, lalu keluar rumah menuju gereja, sedangkan Nadus ikut dari belakang. Sampai di Gereja, Nasrudin membuka pintu gereja dan berkata: “Silahkan masuk saudara, ini adalah rumah mertua Anda” {Humor Sufi: Nasrudin Kedatangan Menantu Tuhan, Internet, Garut, 30/4/2022}.

Karena pandemi covid 19, kita sudah lama tidak hadir secara fisik di dalam Gereja Marilah sekarang kita mulai rajin kembali datang ke gereja untuk mencari Tuhan Bapa kita dan untuk bersatu dengan Dia dalam Ekaristi.

Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng.