KHOTBAH HARI MINGGU PASKAH VII
Minggu, 29 Mei 2022
Bacaan: Kis : 55-60; Why 22: 12-14.16-17.20;
Yoh 17: 20-26
Kehidupan bersama tidak selalu mudah untuk bertahan atau dipertahankan. Ada-ada saja hal-hal yang membuat hidup terpisah, terancam cerai. Bapa atau suami tinggal jauh dari istri atau istri juga tinggal jauh dari suami. Alasan bisa karena pekerjaan, suami bekerja dan istri juga bekerja. Intinya amat sulit untuk tinggal bersama atau hidup bersama.
Keadaan ini amat disadari oleh Tuhan Yesus. Karena itu “dalam perjamuan malam terakhir, Yesus menengadah ke langit dan berdoa bagi para pengikut-Nya: “Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau ya Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga ada di dalam kita” (Yoh 17: 20-21).
Yesus tidak hanya berdoa bagi murid-murid-Nya, tetapi juga berdoa bagi-orang-orang percaya kepada-Nya oleh pemberitaan para murid. Yesus tidak hanya berdoa bagi kelompok-Nya sendiri atau murid-Nya sendiri, tetapi juga bagi orang-orang lain. Ini merupakan keistimewaan doa Yesus, Bahkan bukan hanya orang-orang baik yang didoakan oleh Yesus. Tetapi juga musuh-musuh-Nya.
“Kamu telah mendengar firman: “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan tidak benar,” (Mat 5: 43-45).
Kasih, dan bukan benci, mempersatukan manusia. Tetapi kalau kita membenci, kita akan terus berada dalam perasaan dendam dan saling mengancam satu terhadap yang lain. Mengapa kita membenci, alasannya bisa bermacam-macam. Antara lain, yang cukup sering terjadi adalah soal harta warisan. Ketika orang tua masih hidup, situasi aman-aman saja. Akan tetapi begitu orang tua meninggal dunia, mulailah anak-anak saling menggugat satu dengan yang lain. Apa yang sudah menjadi hak masing-masing anak sesuai pembagian orang tua, semuanya dapat dibatalkan atau digugat kembali.
Kadang-kadang terjadi bahwa ada anak yang mendapat warisan lebih dari orang lain. Itu pun adalah hak orang tua. Apalagi kalau anak tertentu amat memperhatikan dan memelihara orang tua sampai mati. Sudah pasti anak seperti itu mendapat warisan lebih daripada anak-anak lain. Sebab itu amat dianjurkan dan bahkan diharuskan agar setiap pembagian warisan harus dibuat secara tertulis, jangan hanya secara lisan. Bila warisan tidak jelas pengaturan atau pembagiannya, kita akan terus saling mengancam satu sama lain. Hidup kita terus merasa takut dan tidak akan pernah merasa aman dan nyaman.
Yesus menawarkan satu senjata untuk berhadapan dengan musuh adalah bukan alat-alat kekerasan seperti parang dan tombak, bukan bedil atau batu kayu, tetapi hanya berdoa dan berdoa. Kita berdoa bukan hanya bagi kita sendiri, tetapi terutama bagi musuh-musuh kita. Dengan berdoa, Tuhan sendiri akan menggerakkan hati orang yang jahat atau hati para musuh agar mereka tidak terus-menerus melakukan ancaman atau menyebarkan ketakutan dalam hidup bersama.
Suatu hari tiga tamu datang dan bertanya kepada Nasrudin.
Tamu pertama: “Manakah yang lebih baik, orang yang melakukan dosa-dosa besar atau orang yang melakukan dosa- dosa kecil? Jawab Nasrudin: “Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil, sebab lebih muda untuk mendapat pengampunan? Tamu kedua bertanya juga tentang hal yang sama. Jawab Nasrudin: “Orang yang tidak mengerjakan keduanya, baik dosa kecil dan dosa besar. Dengan tidak mengerjakan dosa kecil dan dosa besar, tentu orang itu tidak memerlukan pengampunan sama sekali dari Allah. Rumusan pertanyaan yang sama dikemukan juga oleh tamu ketiga. Jawab Nasrudin: ”Orang yang berdosa besar, sebab betapa besar keuntungannya, karena begitu besar pengampunan dari Allah bagi orang yang besar dosanya” {KESAN, Humor Sufi: Ampunan Tuhan, Internet, Garut, 21/5/2022}
Dosa, entah kecil atau besar membuat hidup bermusuhan dengan Tuhan dan dengan orang lain. Hanya doa dan dengan berdoalah, kita memulihkan hubungan baik dengan Tuhan dan orang lain.
Maka mari berdoalah bersama Bunda Maria, agar kita berada dalam hubungan, relasi dan komunikasi yang baik dengan Tuhan dan sesama di dunia ini. Bunda Maria adalah Ratu Damai. Berdoalah bersama Bunda Maria, maka dengan begitu kita menjadi pelopor, pencipta dan pembawa damai di dunia ini.
Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel