B e r b a h a g i a l a h (Matius 5: 1 – 12a)

Pada Hari Raya Semua Orang Kudus, Jumat, 01 November 2024

Kawan ku…Hidup tanpa gema kebahagiaan, itu kah hidup yang sesungguhnya? Banyak orang mencarinya. Setiap kita manusia mengejar dan mengusahakannya.

Tapi kawanku..
Maksud hati ingin alami kebahagiaan sejati, sekian banyak orang malah larut dalam kebahagiaan semu. Yang memperdaya dan mengelabui. Tampak senyum bahagia di bibir namun gejolak batin lagi tetap tak menentu. Berkecamuk tak karuan.

Kawan ku…
Kata-kata Sang Sabda tentang ‘berbahagialah…’ itu sederhana, namun tak mudah memang.
Marilah kita berdua kembali menyimaknya:

Berbahagialah kita…

-Saat kita berpunya tapi kita tahu apa artinya tetap miskin di hadapan Allah;
-Saat kita selalu merawat hati yang lemah lembut, iya ketika kita miliki getaran hati yang tulus menyapa;
-Saat kita bisa alami kisah dukacita dan terlebih sanggup berbelarasa dengan yang berduka dan terluka.
-Saat kita sungguh hidup dalam kebenaran dan keadilan, dan hati kita jadi tak nyaman dan memberontak saat penindasan dan tekanan sekian nyata dalam tirani kekuasaan dan ketamakan hati.
-Saat kita berkemurahan hati. Yang tak terbelit oleh pikiran dan sikap nan cemas hanya tentang diri sendiri. Dan selalu tentang ‘mau-mau dan kepentingan sendiri.’
-Saat kita jadi pembawa damai dan merawatnya penuh perjuangan.
-Saat kita tahu apa artinya bertahan dalam iman, iya terutama dalam situasi penuh tantangan dan teramat sulit. Sekali dalam Kristus, tetaplah bersama DIA.

Kawan ku…
Lanjutkan narasi ‘berbahagialah…’ dari Sang Sabda, Para Kudus yang telah berbahagia di keabadian itu sepertinya ingin mengajarkan kepada kita berdua tentang tiga jalan menggapai kebahagiaan, yakni penyangkalan diri, pengorbanan dan kepasrahan….

Kawan ku….
Sangkal diri adalah jalan menuju kerendahan hati dan ketulusan. Kita bukanlah segalanya. Kita berharga di mata Allah, itu sudahlah terasa cukup dan bahkan mulia (cf Mazmur 8). Biarlah kita sadar bahwa keangkuhan dan kesombongan dengan merendahkan sesama dibenci Tuhan. Sangkal diri menuntun kita untuk dapat berdamai dengan orang lain, nyaman dalam keberagaman, serta sanggup memeluk diri sendiri dalam segala kelebihan dan keindahan, dalam segala keterbatasan serta dalam banyak kekurangan dan kelemahannya….

-Dalam pengorbanan, kawan, kita ditarik dari ‘kenyamanan diri sendiri’ untuk melebur masuk dan terlibat dalam hidup sesama dan dalam hidup bersama. Dalam suka dan dukanya. Rasa sukacita dan bahagia pasti kita alami, saat kita tahu bahwa sesama alami kebahagiaan itu karena sikap dan tindak pengorbanan kita walau sekecil dan sesederhana sekalipun.

Kawan ku…
Mantapkanlah keyakinan kita! Bahwa kita tidak akan pernah bahagia dengan berlaku curang terhadap sesama, dengan perilaku yang menekan dan menyingkirkan sesama, dengan selalu merendahkan orang lain. Bahkan terhadap siapapun yang membenci kita, sedikit pun tak ada niat untuk membalas. Sebaliknya ada rasa damai dan bahagia saat kita sanggup mendoakan dan memberkati siapapun yang membenci kita. Di situlah rasa penuh bahagia sungguh kita alami.

-Dan kawan ku…
Dalam menggapai rasa penuh sukacita, damai dan berbahagia, para Kudus tujukan jalan hati penuh pasrah. Di situ kita bebas dari segala kuatir dan gelisah fisik akan yang fana. Berpasrahlah pada ketercukupan, pada keadaan, pada siapapun yang kita jumpai dan alami dalam keseharian. Beradaptasi diri dan hati dalam keyakinan iman sungguh membebaskan!

Dan kawan ku….
Marilah berpasrah pada keabadian, pada Kasih Yang Sempurna dan Abadi. Tak selamanya kita di sini. Ada saat dan ketikanya, bahwa kita pasti dipanggilNYA pulang, kawan. Segalanya mesti dilepaskan dalam kepasrahan. Terbalut dalam hati penuh rindu menggapai hadiratNYA.

Kawan ku…
Kita tak sedang berhalu dan berfantasi liar seputar kebahagiaan itu. Tidak!
Kita adalah orang-orang yang berbahagia, sekiranya dalam ziarah kesementaraan ini, lagu penuh rindu tetap kita dendangkan:

“Gelisah hati ku selama belum istirahat pada MU. Bila kah aku akan jumpa, dan memandang wajahMU” (St Agustinus).

Di hadapan ALLAH, hati kita bakal jadi taman indah. Tempat bertumbuh dan bermekarlah kembang-kembang Damai, Sukacita dan Kebahagiaan.
Selamanya..

Verbo Dei Amorem Spiranti

Selamat Hari Raya Semua Orang Kudus, yang telah memandang Wajah Allah….

Tuhan memberkati.
Amin

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel 

 

error: Sorry Bro, Anda Terekam CCTV