Cepat, Lugas dan Berimbang
Berita  

Ikutilah Allah yang Benar, dan Bukan allah yang palsu

Allah yang benar

PEKAN BIASA X
Rabu, 8 Juni 2022
Bacaan: 1Raja-Raja 18: 20-39; Matius 5: 17-19

Di hadapan seluruh Israel yang berkumpul di depan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel, Elia tampil dengan gagah perkasa dan berkata kepada rakyat: ”Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi Tuhan, padahal nabi-nabi Baal berjumlah empat ratus lima puluh orang. Namun baiklah diberikan kepada kami dua ekor lembu jantan … Kemudian biarlah kalian memanggil nama allahmu dan aku pun akan memanggil nama Tuhan. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah” (1Raj 18: 22-24).

Sesudah menyetujui usulan Elia, maka nabi-nabi Baal mulai memanggil nama Baal allah mereka dari pagi sampai tengah hari, katanya: “Ya Baal, jawablah kami!” Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab … Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: “Panggillah lebih keras! Bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin sedang ada urusan, atau mungkin ia bepergian. Barangkali ia tidur, dan belum terjaga.” Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak … sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan kurban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda” (1Ra 18: 26-29).

Kemudian tibalah giliran Elia. Sesudah Elia meletakkan potongan-potongan persembahan lembu jantan di atas mesbah Tuhan, ia meminta seluruh rakyat mendekat kepadanya. Ia lalu berseru kepada Tuhan: “Ya Tuhan, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel, dan bahwa aku ini hamba-Mu; dan bahwa atas sabda-Mulah, aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya Tuhan, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya Tuhan, dan Engkaulah yang membuat hati mereka bertobat.’ Lalu turunlah api Tuhan menyambar habis kurban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air di dalam parit itu habis dijilatnya. Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: ‘Tuhan, Dialah Allah! Tuhan, Dialah Allah!” (1Raj 18: 36-39).

Dari kisah suci ini, dalam kenyataan hidup manusia selalu ada Allah yang benar, tetapi ada juga allah yang palsu. Allah yang benar adalah Allah yang hidup. Dia Seorang Pribadi yang giat dan aktif, partisipatif dan komunikatif. Dia terlibat dan bekerja dalam hidup manusia, Dia bisa berbicara dan berkomunikasi dengan manusia. Juga, Dia bisa mendengar dan menjawab manusia.

Sebaliknya allah yang palsu adalah seperti allahnya nabi-nabi baal itu. Pada allah yang palsu seperti nabi-nabi baal itu tidak ada suara dan tidak ada jawaban, tidak ada tanda dan tidak ada gerakan. allah palsu seperti itu adalah allah yang bisu atau allah yang mati. dia adalah allah yang gelap dan tinggal terus dalam kegelapan. dia adalah allah hasil rekayasa tangan manusia. ia adalah allah hasil konstruksi pemikiran manusia. allah seperti itu adalah allah hasil mimpi atau dongengan manusia.

Dalam dunia dewasa ini, bentuk-bentuk allah ciptaan manusia itu adalah harta dan materi, kekuasaan dan jabatan, popularitas dan ketenaran, prestasi dan prestise. Ketika harta dan materi, kekuasaan dan jabatan, popularitas dan ketenaran, prestasi dan prestise tidak lagi menjadi sarana, melainkan menjadi tujuan dan bahkan menjadi ‘tuan’ atas hidup manusia, pada saat itulah manusia menciptakan allah yang palsu bagi hidupnya dan dalam hidupnya.

Sebab itu, hendaklah kita memiliki pikiran yang terang dan jernih serta hati yang luas dan lapang untuk melihat dan memahami Allah yang benar dalam hidup. Allah yang benar “bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup” (Mat 22: 32). Dia hidup dan hadir di tengah-tengah manusia. Ia tidak jauh dari manusia. tetapi Ia selalu menyertai hidup manusia. Intinya, “Allah yang hidup ada di tengah-tengah” manusia (Yos 3: 10) untuk menolong dan menyelamatkan kita. Inilah kata-kata Tuhan Yesus sendiri: “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28: 20).

Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel