Cepat, Lugas dan Berimbang

Pemimpin Menurut Allah dan Menurut Manusia

Pemimpin Menurut Allah
Ilustrasi (ist)

Pekan Biasa II
Selasa, 18 Januari 2022

1Samuel 16: 1-13; Markus 12: 23-28

Ketika Saul tidak lagi menjadi Raja atas Israel, muncul kesulitan untuk mendapat Raja baru. Karena kesulitan itu, Allah menyuruh Samuel untuk mempersembahkan kurban kepada Tuhan. Dalam upacara kurban itu, diundang untuk hadir ketujuh orang anak Isai. Ketika Samuel melihat anak Isai yang pertama, yaitu Eliab, langsung “Samuel berpikir: ‘Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya’. Tetapi bersabdalah Tuhan kepada Samuel: ‘Janganlah terpancang pada paras atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Allah melihat hati” (1Sam 16: 6-7).

Cara ini berlaku untuk 6 orang anak Isai. Ketika anak bungsu yang ketujuh, yaitu David, dihadapkan ke Samuel, barulah Tuhan berkata kepada Samuel: “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” Maka “Samuel mengambil tanduk yang berisi minyak dan mengurapi Daud di tengah saudara-saudaranya” untuk menjadi Raja (1Sam 16: 12-13).

Allah Berdasarkan Hati, Manusisa berdasarkan lahiriah

Berdasarkan kisah tentang Raja David ini, menjadi pemimpin bukanlah suatu hal yang mudah dan gampang. Ada proses panjang yang mesti dilewati. Dalam proses yang panjang itu, Allah tetap aktif bekerja dan penuh terlibat untuk menentukan siapa saja yang terpilih untuk menjadi pemimpin.

Lalu, dalam proses pemilihan pemimpin itu, kriteria pilihan Allah berbeda dengan kriteria pilihan manusia. Dalam perbedaan kriteria itu, Allah melihat hati seseorang, sedangkan manusia melihat penampilan lahiriah seseorang. Kriteria yang paling ideal tentu saja diambil apabila kriteria penampilan lahiriah dan kriteria hati terpenuhi. Hal itu berarti penampilan fisik oke dan basis hati juga oke.

Akan tetapi bila kedua kriteria ini tidak dapat dipenuhi, maka kriteria yang mesti diambil dan diikuti bukanlah penampilan lahiriah, tetapi kriteria hati yang berbasis pada karakter manusia. Kriteria hati mesti diikuti, karena hati yang baik akan merasuki dan mewarnai sikap dan perilaku manusia yang kelihatan. Tetapi penampilan lahiriah yang baik belum tentu merasuki dan mempengaruhi hati seorang pemimpin.

Atas dasar ini, marilah kita menjadi orang yang baik meskipun kita tidak menjadi pemimpin. Tetapi lebih dari semua orang yang biasa, hendaklah setiap pemimpin memiliki hati yang baik, mulia dan terpuji karena pemimpin demikian selalu setia mengikuti kehendak dan pilihan kriteria Tuhan sendiri.

Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel