Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan
Rabu, 5 Januari 2022
1Yohanes 4: 11-18; Markus 6: 45-52
Hidup bersama amat membutuhkan semangat kasih. Dengan semangat kasih kehidupan bersama dapat bertahan meskipun masalah dan kesulitan tetap mengancam keutuhan hidup bersama.
Dalam situasi hidup yang sering mengecewakan, Rasul Yohanes berkata seperti ini: “Allah begitu mengasihi kita! Maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Tetapi jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita” (1Yoh 4: 11-12).
Ada 3 butir renungan yang berguna bagi kita.
1). Dalam kehidupan bersama baik dalam keluarga maupun dalam komunitas, cinta kasih adalah “lem perekat’ kehidupan bersama. Cinta kasih mengikat setiap orang yang berbeda-beda latar latar belakang hidupnya, asal usulnya, karakter dan kepribadian nya, bahkan agama dan kepercayaannya.
Tidak ada orang yang sama meskipun orang hidup bersama dan tinggal bersama dalam satu rumah keluarga atau komunitas.
Prinsip yang mengikat-satukan perbedaan-perbedaan setiap orang dalam kehidupan bersama adalah cinta kasih. Kasih yang sejati sifatnya total dan satu, serta menyatukan dan mempersatukan. Kecurigaan dan pertengkaran dalam keluarga terjadi ketika kasih itu bagi-bagi kepada orang lain atau pihak ketiga yang tidak berhak menerimanya.
Amor meus totus tuus est: Cinta kasihku hanya satu dan hanya milikmu atau hanya untukmu. Tetapi kalau cinta kasihku mulai bagi-bagi kepada orang lain atau pihak ketiga sudah pasti pertengkaran dan perkelahian, dan bahkan lebih serius dari itu bisa terjadi perpisahan dan perceraian.
2). Untuk memelihara dan mempertahankan kehidupan bersama, Tuhan meminta dan bahkan mengharuskan setiap orang dan setiap kita untuk ‘saling mengasihi’. Bila kita saling mengasihi, “Allah tetap di dalam kita” untuk terus menyatukan dan mempersatukan kita. Allah itu Esa atau Satu. Maka bila dengan kasih Allah tetap di dalam kita, jelas Allah itu menjadi “titik pusat atau sentrum” yang tiada hentinya menyatukan dan mempersatukan kebersamaan kita dalam hidup. Karena itulah kita dalam kehidupan bersama tidak boleh melupakan doa, sebab doa adalah ‘api yang terus bernyala’ untuk membuat kita selalu insaf dan sadar akan Tuhan yang hadir dan berada di dalam pusat kehidupan kita bersama
(3). Idealisme cinta kasih tidak selalu berjalan sebagaimana yang kita harapkan. Dalam kehidupan bersama kita sering mengalami kekecewaan. Kita merasa diabaikan dan ditinggalkan, Kita merasa tidak dicintai dan diperhatikan. Kita merasa sepi dan kesepian. Orang lain tidak peduli dan tidak mempedulikan kita. Orang lain masa bodoh dan tidak menghiraukan kita.
Mulailah Mencintai
Bila kita tidak mau dikecewakan, hendaklah kita tidak menuntut untuk dicintai atau dikasihi. Cinta kasih harus bergerak dari kita dan bukan dari orang lain. Konkritnya, bila kita mau dicintai dan diperhatikan, mulailah mencintai dan memperhatikan orang lain. Bila kita mau dihormati dan dihargai orang lain, mulailah menghormati dan menghargai orang lain. Bila kita ingin disapa dan ditegur orang lain, mulailah menyapa dan menegur orang lain. Intinya, mulailah mengasihi untuk dikasihi. Mulailah menghormati dan menghargai untuk dihormati dan dihargai. Mulailah menyapa untuk disapa, Mulailah menegur untuk ditegur dan lain-lain.
Tetapi bila kita sudah bergerak sebagai inisiator cinta kasih, namun tetap saja dikecewakan oleh orang lain, peganglah prinsip kebenaran iman ini: Dalam setiap pengalaman kekecewaan jenis apa pun, tetap “Allah begitu mengasihi kita!” (1Yoh 4: 11). Kasih Allah adalah kekuatan terakhir atau benteng terakhir harapan kita di dalam setiap pengalaman kekecewaan cinta kasih di dunia ini. Artinya, ketika orang lain tidak lagi mencintai dan mengasihi kita karena apa saja, sadarlah dan yakinlah bahwa tetap Allah begitu mengasihi kita
Allah tetap mengasihi kita ketika orang lain tidak lagi mengasihi kita, Allah tetap menerima kita ketika orang lain menolak kita. Allah tetap memelihara kita ketika orang lain mengabaikan kita. Dan, Allah tetap menyelamatkan kita ketika orang lain mengancam hidup kita. Intinya, ketika manusia tidak memihak kita, Allah tetap setia memihak kita.
Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel