Cepat, Lugas dan Berimbang

60 Tahun STPMD APMD; Sarasehan, Launching Buku dan Alumni Pulang Kampus

Kampus Sarjana Rakyat Untuk Republik

Yogyakarta, infopertama.com – Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) “APMD” menggelar Sarasehan, Launching Buku dan Alumni Pulang Kampus dalam rangka “60 Tahun STPMD “APMD” – Kampus Sarjana Rakyat Untuk Republik”.

Menurut Dr. Sutoro Eko, Ketua STPMD “APMD”, kegiatan Sarasehan, Launching Buku dan Alumni Pulang Kampus dengan tema: 60 Tahun STPMD “APMD” -Kampus Sarjana Rakyat Untuk Republik” merupakan bagian dari dari refleksi perjalanan panjang STPMD “APMD” yang didirikan selaras dengan realitas.

Realitas pertama, mengapa ada nama desa, karena para pendiri STPMD “APMD” ikut berjuang, ikut bergerilia memperjuangkan kemerdekaan repubublik Indonesia, dibantu oleh rakyat desa. Itulah yang kemudian menumbuhkan spirit etik untuk berbalas budi kepada mereka, supaya rakyat jelata itu memperoleh akses ke pendidikan tinggi, karena kuliah menjadi barang mewah bagi rakyat.

Realitas kedua bahwa mayoritas mahasiswa kita merupakan rakyat jelata, tidak hanya dari desa-desa di Jawa, tetapi juga dari seluruh penjuru negeri; anak petani, anak nelayan, anak buruh dan sebagainya dari seluruh negeri. Ada juga anak PNS atau ASN, tetapi kebanyakan mereka hidup pas-pasan, gali lubang tutup lubang-yang secara ekonomi berada di kelas bahwah.

Realitas yang ketiga adalah republik ini secara konstitusional memuliakan rakyat, tetapi dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan jauh dari memuliakan rakyat, jauh dari mandat konstitusi.

Rakyat hanya dibicarakan oleh segelintir elite politik secara populis, bukan secara republik. Meskipun para pemimpin itu bertemu rakyat, itu hanya gejala populisme, bukan gejala republikanisme, karena sejatinya rakyat tetap diperlakukan sebagai obyek.

Tiga realitas itu yang membuat STPMD “APMD” menghadirkan “Sarjana Rakyat” yang secara teleologis, metodologis dan pedagogis ini adalah bagian dari proses “menjadi” bukan sesuatu yang sudah jadi yang dilakukan oleh STPMD “APMD”.

Kegiatan Sarasehan yang dilaksanakan pada 13 Novmber 2025 dilakukan bersamaan dengan Launching Buku dan Alumni Pulang Kampus. Serta, dimeriahkan dengan pameran karya Tri Dharma dosen dan mahasiswa STPMD “APMD”.

Untuk kegiatan Sarasehan menghadirkan pembicara antara lain; (1) Natalius Pigai, S.IP-Menteri HAM (Alumni STPMD “APMD”); (2) Drs. Eman Suherman, M.M-Bupati Majalengka (Alumni STPMD “APMD”); (3) Hermus Indow, S.IP, M.H-Bupati Manokwari (Alumni STPMD “APMD”); (4) Orideko Iriano Burdam, S.IP, M.M.,M.ec.Dev-Bupati Raja Ampat (Alumni STPMD “APMD”; (5) Sri Rahayu, S.Sos-Anggota DPRD Kabupaten Pangandaraan (Alumni STPMD “APMD”); (6) Dr. Arie Sujito, S.Sos, M.Si (Wakil Rektor 3 UGM); (7) KPH Yudanegara, S.E, M.Si, PhD-Kadis DPMKKPS D.I.Y; (8) Hari Purnama, S.Sos-Kepala Desa Ngrundul Klaten (Alumni STPMD “APMD”); (9) Syarif Aryfaid, S.IP, M.IP-Ketua Kapemada (Alumni STPMD “APMD”).

Kegiatan Sarasehan dimeriahkan juga dengan peluncuran dan launching 7 buku yang diterbitkan oleh STPMD “APMD”. Buku yang diterbitkan merupakan wujud cipta, rasa, karsa STPMD “APMD” dalam memberi makna atas perayaan tanggap warsa ke-60 Kampus Sarjana Rakyat.

Tujuh buku tersebut antara lain dari Prodi Ilmu Pemerintahan: “Menimbang Ulang Governance”, Dari Prodi Ilmu Pemerintahan; “Informasi Tanpa Komunikasi”, dari Prodi Pembangunan Sosial; Melampaui Koperasi Rakyat-Menghadirkan Korporasi Rakyat, dari Prodi Magister Ilmu Pemerintahan; “Negara Minus Warga Negara”, Buku dari Prodi Ilmu Pemerintahan dengan penulis tunggal Putra Perdana: “Dekolonisasi Pembangunan Desa” dan buku dari Prodi Pembangunan Masyarakat Desa: “Desa Antara Utopia, Realita dan Protopia”. Semua buku ini diberikan pengantar oleh Ketua STPMD “APMD” Dr. Sutoro Eko, M.Si.

Enam dekade perjalanan STPMD “APMD” bukan sekadar perayaan usia lembaga, melainkan momentum reflektif untuk menegaskan kembali jati diri kampus sebagai Kampus Sarjana Rakyat untuk Republik.

Dalam pandangan Dr. Sutoro Eko, makna mendasar dari perjalanan 60 tahun ini terletak pada kontinuitas etika, sejarah, dan cita republikanisme yang melandasi pendirian APMD.

Menurut Sutoro Eko, kampus STPMD “APMD” bukan dari ruang kosong, tetapi dari perjuangan rakyat desa yang menjadi basis sosial bagi kemerdekaan Indonesia. Karena itu, pendidikan di STPMD “APMD” adalah bentuk balas budi moral kepada rakyat — agar mereka yang dahulu berjuang di medan sosial dan desa juga berhak atas kemerdekaan dalam pengetahuan.

                    

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel