Cepat, Lugas dan Berimbang

Teolog Asia Pasifik; John Prior, SVD Wafat

Di Ledalero, John Prior selalu tampil lain, terutama di tengah normalitas semu, yang kadang dianggap biasa oleh kebanyakan orang. Dia adalah satu dari sedikit teolog yang amat setia turun ke unit-unit para frater, makan bersama para frater. Dan, bergurau bersama para frater dengan guyonan guyonan provokatif. Dalam suatu kesempatan memimpin ekaristi di Aula Ledalero, pada tahun 1999, John, dalam kotbahnya, amat berani memberikan alarm pada para frater. Ia mengatakan ‘kalau intelektualitas tak cukup didukung dengan kesaksian hidup yang benar, maka sebaiknya STFK ini dikepanjangkan dengan Sekolah Tinggi Farisi Kawakan”. Ya, John adalah provokator dalam arti yang amat positif, memacu para frater untuk tidak hanya berpikir. Tetapi juga untuk berjuang mengkonfrontir intelektualitas dengan kenyataan-kenyataan miris di sekitar mereka.

Di kalangan para dosen Ledalero, John Prior adalah satu dari sangat sedikit dosen yang terus diundang ke mana–mana, hingga ke luar negeri untuk memberikan kuliah atau seminar. Kami, para frater waktu itu, bergurau “John ke Ledalero hanya untuk jemur baju, lalu berangkat lagi”. Tetapi John tetap tampil low profile, tetap ke unit para frater, tetap juga mengunjungi para narapidana di Lapas Maumere, tetap juga turun ke kampung. Hingga saat ini, di Kanganara, Detukeli, orang – orang kampung mengenangnya sebagai peneliti yang amat terlibat dengan hidup mereka: makan apa adanya, tidur tanpa kasur dan kelambu, bersandal jepit, mengenakan kaos oblong – hal yang jarang dijumpai oleh orang orang kampung ini pada para imam kebanyakan. Dan mungkin karena keterlibatannya semacam ini, John akhirnya boleh terbang ke mana-mana sebagai teolog yang berbicara tidak semata dari buku dengan uraian-uraian tekstual yang kaku, tetapi dari kesaksian hidup dan pengalaman perjumpaan dengan orang–orang pinggiran.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel