Pekan Adven III
Rabu, 15 Desember 2021
Yesaya 45: 6b-8.18.21b-25; Lukas 7: 19-23
Di atas langit dan di bawah bumi hanya ALLAH sajalah satu-satunya Pencipta. Inilah firman Tuhan sendiri dari mulut nabi Yesaya: “Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap. Akulah yang memberikan kebahagiaan dan mendatangkan kemalangan. Akulah Tuhan yang membuat semuanya ini” (Yes 48: 6b-8).
Dari firman-Nya ini, ALLAH menegaskan supremasi diri-Nya di atas segala sesuatu di bumi dan di langit. DIAlah Pencipta, Pembuat atau Penjadi semua yang ada dan yang terjadi. Dia Penciptaan bukan saja terang tetapi juga gelap. Dia tidak hanya ‘memberikan kebahagiaan’ tetapi juga ‘mendatangkan kemalangan’.
Kita bertanya, mengapa Tuhan ‘menciptakan gelap’ dan bukan hanya terang? Mengapa ALLAH ‘mendatangkan kemalangan’, dan bukan hanya ‘memberikan kebahagiaan’? Apakah ALLAH menghendaki adanya kegelapan dan kemalangan bagi manusia di dunia ini?
Secara amat mendasar tentu hanya ALLAH yang baik dan hanya ALLAH yang menghendaki kebaikan. Atau ALLAH hanya baik dan ALLAH menghendaki hanya kebaikan. Tidak mungkin ALLAH sekaligus baik dan jahat. DIA tidak mungkin sekaligus mendatangkan kebahagiaan dan kemalangan. Dalam diri ALLAH tidak ada kontradiksi atau dikotomi antara baik dan jahat, antara terang dan gelap atau antara bahagia dan malang.
Tetapi ALLAH ada di atas baik dan jahat. DIA ada di atas terang dan gelap. DIA ada di atas kebahagiaan dan kemalangan.
Apa konsekuensi dari supremasi ALLAH ini? Dalam kebahagiaan atau dalam suasana terang dan sukacita hidup, ALLAH merupakan ‘batas terakhir’ kerinduan dan harapan, dambaan dan pencarian manusia. Di luar ALLAH atau di atas ALLAH tidak ada lagi kebahagiaan dan sukacita yang dicari oleh manusia. Pada ALLAH pencarian manusia akan kebahagiaan dan sukacita sudah ‘mentok’ atau sudah ‘stop’ atau sudah berhenti. Karena itu sebelum sampai pada ALLAH, manusia tidak pernah akan menjadi puas dan mencapai kepuasan dalam hidup. Manusia hanya dapat puas bila sudah sampai pada ALLAH.
Di pihak lain supremasi ALLAH berada juga di atas suasana ‘gelap dan ‘kondisi malang’nya hidup manusia. Inilah dasar dan sumber optimisme iman bagi orang yang percaya. Dalam optimisme iman ini, kegelapan dan kemalangan dalam hidup manusia tidak memiliki daya dan otoritasnya sendiri. Kegelapan dan kemalangan selalu berada di bawah supremasi kekuasaan dan otoritas ALLAH.
Sebab itu janganlah pernah takut, cemas dan gelisah, apalagi putus asa dan putus harapan, apabila kita menemukan suasana gelap atau kondisi malang dalam hidup.
Kegelapan dalam hidup manusia tetap memiliki ‘titik terang’. Kemalangan dalam hidup manusia tetap mengandung ‘benih sukacita dan bahagiaan’. ALLAH adalah Sinar Harapan yang tidak pernah padam cahayanya dalam kegelapan malam hidup kita. DIA adalah Matahari Sejati yang tidak pernah pudar terang-Nya di dalam keburaman situasi hidup kita.
Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel