Ruteng, infopertama.com – Yohanes Mariano Dangku, S.Fil., M.Pd, mendorong kader Synergoi Santu Paulus Ruteng untuk membangun komunitas yang solid dan berlandaskan semangat solidaritas.
Dalam kegiatan kaderisasi hari ke-3 yang berlangsung pada Rabu, 22 Januari 2025, di Aula Wisma Siloam Rumah Ret-Ret Novisiat SVD St. Klaus Kuwu.
Dalam Acara ini, Yohanes menyampaikan pentingnya nilai-nilai solidaritas sebagai landasan komunitas yang kuat dan harmonis.
Mengusung tema “Menumbuhkan Solidaritas Belajar dari Solidaritas Rasul Paulus,” Yohanes menyederhanakan pesan tersebut melalui subtema “Synergoi Paulus yang Solid dan Solider.”
Lima Karakter Inti untuk Kader yang Unggul
Subtema ini bertujuan membentuk kader dengan lima karakter utama: kuriositas, integritas, obediensi, solidaritas, dan resiliensi.
Baca: Sikap Keuskupan Ruteng Terkait Geothermal Poco Leok
“Kelima karakter ini menjadi fondasi dalam membangun komunitas yang kuat, berdaya tahan, dan harmonis,” jelas Dr. Yohanes.
Landasan Filosofis dan Teologis Solidaritas
Kegiatan ini bertumpu pada tiga landasan utama: Kitab Suci, Tradisi Gereja, dan Ajaran Sosial Katolik.
Pemateri mengajak Peserta menggali nilai-nilai dokumen seperti “Gaudium et Spes”, “Fratelli Tutti”, dan “Laudato Si,” yang menekankan cinta kasih, penghormatan terhadap lingkungan, dan persaudaraan universal.
Sebagai pedoman hidup, ayat-ayat dari “Roma 12:9-18” dan “Kisah Para Rasul 11:19-30” mengajak untuk memperkuat semangat kebersamaan.
“Nilai-nilai ini memperkuat pemahaman peserta akan pentingnya berbela rasa dan mendukung mereka yang kesulitan,” tutur Yohanes.
Baca: 4th ICEHHA Officially Declared: Sustainable Innovation for a Global Future
Solidaritas: Fondasi Internal dan Relasi Eksternal
Soliditas menjadi dasar dalam menjaga kekuatan internal komunitas, termasuk menghargai keberagaman dari segi gender, ras, dan latar belakang sosial. Di sisi lain, solidaritas mendorong terciptanya hubungan eksternal yang harmonis melalui advokasi, bela rasa, dan emansipasi.
“Kader Synergoi diajarkan untuk melihat penderitaan orang lain sebagai tanggung jawab bersama,” tambah Yohanes.
Kolaborasi Inklusif dalam Kehidupan Nyata
Yohanes mengajak Peserta kaderisasi untuk mengeksplorasi makna solidaritas melalui budaya lokal, seperti go’et Manggarai.
Kolaborasi inklusif antara Barnabas, Paulus, Simeon Niger, Lukius Kirene, dan Menahem (Kisah Para Rasul 13:1), menjadi teladan penting.
“Kolaborasi ini mengajarkan bahwa kerja sama lintas latar belakang dapat mewujudkan tujuan bersama,” imbuhnya.
Baca juga: Hari Pertama The 2nd ICEHHA Unika Ruteng Resmi Dibuka
Empati Sebagai Kekuatan Komunitas
“Tersenyumlah dengan orang yang tersenyum; menangislah dengan orang yang menangis,” Yohanes mengajak kader untuk hadir secara empatik di tengah masyarakat.
“Solidaritas bukan sekadar konsep, melainkan aksi nyata yang membawa perubahan positif,” ungkapnya menutup acara.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel