PEKAN IV PASKAH
Kamis, 12 Mei 2022
Bacaan: Kisah Para Rasul 13: 13-25; Yohanes 13: 16-20
Setiap orang memiliki sejarah. Segala sesuatu yang lain juga mempunyai sejarah. Tidak ada siapa pun dan tidak ada apa pun yang muncul tiba-tiba di bumi seperti meteor yang jatuh dari langit. Tetapi setiap orang dan segala sesuatu lahir dalam sejarah dan berjalan di dalam sejarah.
Menurut “KBBI Online (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online)”, sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Tidak ada seorang manusia hadir dan hidup di dunia ini tanpa sejarah masa lalu. Juga tidak ada benda atau barang apa pun muncul di dunia tanpa sejarah masa lalu. Tanpa sejarah tidak ada sesuatu pun yang ada dari segala yang ada. Menyangkal sejarah sama dengan menyangkal kebenaran, keberadaan dan kehadiran diri dan sesama serta segala sesuatu yang lain di bawah kolong langit ini.
Dari Sejarah Israel Sampai Sejarah Yesus
Dalam bacaan I hari ini, kita mendengar tentang kisah sejarah, tetapi bukan sejarah manusia atau sejarah dunia. Sejarah yang kita dengar adalah sejarah keselamatan. Di dalam rumah ibadat “di Antiokhia di Pisidia”, pejabat-pejabat rumah ibadat bertanya kepada para Rasul: ‘Saudara-saudara, jikalau saudara ada pesan untuk membangun dan menghibur umat ini, silakan!” Karena permintaan itu, “maka bangkitlah Paulus” mengajar mereka.
Inti pengajarannya adalah tentang sejarah keselamatan bangsa manusia. Sejarah keselamatan itu berawal dari bangsa Israel yang dipilih oleh Allah melalui perjalanan sejarah yang panjang “selama kira-kira empat ratus lima puluh tahun”.
Di Mesir bangsa Israel saat itu “tinggal sebagai orang asing” dan hidup dalam penderitaan dan kesusahan, dalam sistim perbudakan dan kerja paksa. Dari suasana penuh penderitaan dan kesengsaraan itu, “dengan tangan-Nya perkasa” Allah sendiri “memimpin mereka keluar dari negeri” Mesir. Ujung dari perjalanan sejarah yang panjang beratus-ratus tahun itu adalah munculnya “Daud, seorang yang berkenan di hati” Allah “dan yang melakukan segala kehendak” Allah. “Dari keturunan Daud” inilah, “sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus” (Kis 13: 14-15.17.22.23).
Sejarah Keselamatan Bukan Mitologi
Berdasarkan kisah sejarah ini, keselamatan yang dibawa oleh Yesus ke dunia bukanlah sebuah mitologi atau dongeng karangan manusia, tetapi suatu fakta sejarah yang real dan nyata. Keselamatan merupakan sebuah peristiwa historis yang jelas kisahnya dari awal sampai akhir. Allah tidak menjadi Penyelamat manusia dalam kegelapan yang penuh misteri dan tanda tanya.
Dengan menyejarah atau masuk dalam sejarah manusia, Allah menjadi Terang Benderang. Ia dapat dilihat dan diraba, Ia dapat disentuh atau dipegang. Ia dapat didengar dan dimengerti.
Karena masuk dalam sejarah, Allah bukan lagi Allah yang gelap, yang serba tersamar dan hanya dapat diduga dan diestimasi oleh manusia. Dia tidak berada di balik batu besar hitam dan gelap dan hitam atau berada di balik pohon besar yang serem dan menakutkan di tengah hutan belantara. Tetapi Dia benar-benar nyata dan kelihatan bagi manusia dan oleh manusia.
Makna Sejarah Keselamatan
Inilah makna paling dasar dan paling dalam, paling tinggi dan paling luas dari sejarah keselamatan di dalam sejarah hidup manusia. Sejarah keselamatan merupakan peristiwa sejarah, agar Tuhan itu tidak hanya berada dalam ‘awang-awang’ impian, konsep dan gagasan teologis yang abstrak. Allah itu bukan Seorang Pribadi yang jauh dari hidup manusia. Tetapi dalam diri Yesus yang menjelma menjadi manusia, Dia masuk dalam sejarah hidup manusia dan berjalan dalam sejarah manusia. Allah menyejarah dan berjalan bersama manusia dalam peristiwa sejarah apa saja di dalam hidup di dunia ini .“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1: 14).
Apabila Allah hanya berada dalam Firman atau Sabda atau apabila Allah hanya berkata-kata dan bersabda, berfiman dan berbicara, Allah itu berada dalam teologi, konsep, gagasan atau permenungan akal budi manusia, khususnya para teolog.
Akan tetapi begitu firman Allah ‘telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita.’ Allah itu menjadi amat dekat dengan kita dan menyatu dengan kita. Ia menyertai kita dan diam di dalam kita (Yoh 14: 17). Dia berjalan bersama kita bukan hanya sekarang tetapi juga sejak dahulu sampai sekarang dan dari sekarang sampai selama-lamanya. “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28: 20).
Karena itu janganlah kita pernah merasa ditinggalkan sendirian di dunia ini. Kita manusia bisa saja dapat meninggalkan Tuhan, tetapi Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Kita manusia bisa menjauhkan Tuhan, tetapi Tuhan tidak pernah menjauhkan kita. Dia tidak pernah membiarkan kita tanpa siapa-siapa. “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu” (Yoh 14: 18). Inilah kekuatan dan tumpuan kita. Inilah pula harapan dan andalan kita, terlebih ketika kita merasa sepi sendirian atau merasa sebatang kara dalam hidup di dunia.
Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel