Cepat, Lugas dan Berimbang

Roh Kudus dalam Perintah Kasih

Roh Kudus

KHOTBAH HARI RAYA PENTAKOSTA
Kis 2: 2-11; Rm 8: 8-17; Yoh 14: 15-16.23-26

Orang hadir dan berbicara lewat kata-kata atau perintah. Ketika atasan atau boss menyampaikan sesuatu hal kepada bawahan, pasti ia berbicara dan menyampaikan perintah. Perintah biasanya bersifat mengikat, artinya harus dilaksanakan. Kalau perintah tidak dilaksanakan, tidak dapat terjadi sesuatu dalam hidup. Hidup tidak akan berjalan bila tidak ada perintah yang dilaksanakan.

Karena itu dalam Injil Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya dan kepada kita semua: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu Seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya” (Yoh 14: 15-16).

Perintah sering dipahami secara negatif sebagai sebuah komando atau paksaan atau keharusan. Dalam arti ini melaksanakan perintah sering menjadi beban dalam hidup. Karena perintah sering ditafsir sebagai beban, maka Yesus menempatkan perintah itu dalam kesatuan dengan kasih. ‘Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.’ Hukum kasih mendahului suruhan perintah. Kasih lebih dahulu menjadi jiwa dari perintah.

Tujuan dari hal itu adalah agar kasih tidak boleh dipisahkan dari perintah atau perintah apa saja tidak boleh diceraikan dari kasih. Bila ada semangat kasih, perintah akan dilaksanakan dilaksanakan dengan senang hati, gembira dan sukacita. Dengan spirit kasih, perintah apa pun tidak menjadi beban atau paksaan bagi kita.

Karena itu bila kita mengasihi Tuhan dan sesama, laksanakanlah segala perintah dengan senang hati. Bila anak sekolah mengasihi masa depannya, laksanakanlah segala perintah dari sekolah atau dari guru dengan senang hati. Bila anak-anak mengasihi orang tuanya, jalankanlah dengan senang hati segala perintah orang tua. Anak-anak yang melawan perintah orang tuanya, tidak mungkin mengasihi orang tuanya dan dirinya sendiri. Perintah apa saja adalah jalan menuju masa depan hidup kita. Hanya dengan melaksanakan perintah, kita dapat berjalan menuju masa depan hidup kita.

Untuk melaksanakan perintah apa saja, Tuhan tidak hanya mengajarkan hukum kasih kepada kita, tetapi Ia juga memberikan Roh Kudus kepada kita. Roh Kudus itu adalah Penolong yang menyertai kita selama-lamanya. Dengan begitu, meskipun Tuhan Yesus tidak hadir dan tidak kelihatan secara fisik dalam hidup kita, namun kita tetap memiliki Roh Kudus yang setia menyertai kita dan menolong kita dalam hidup.

Dalam melaksanakan perintah Tuhan, kita sering merasa malas dan lalai, bahkan kita merasa tidak kuat dan tidak mampu. Dalam kondisi demikian, kekuatan kita adalah Roh Kudus. Sebagai Penolong yang menyertai kita, Roh Kudus memberi kita semangat ketika kita merasa lesu, lemah dan lelah dalam hidup. Roh Kudus memberi kita kekuatan pada saat kita merasa tidak memiliki daya dan tenaga untuk bekerja. Roh Kudus membuat kita tekun dan rajin pada saat kita malas. Roh Kudus memberi terang pada saat kita merasa gelap dan menemui kegelapan dalam hidup. Roh Kudus memberi kita jalan pada saat kita menemui jalan buntu dalam perjuangan hidup. Roh Kudus memberi kita optimisme dan harapan pada saat kita mulai putus asa dengan pelbagai kesulitan dan persoalan hidup. Intinya, Roh Kudus selalu menyertai kita selama-lamanya untuk menolong dan membantu kita dalam perjalanan hidup di dunia ini.

Menurut Nasrudin, manusia dibagi tiga tingkatan: Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati. Tingkatan mata adalah anak kecil yang melihat bintang di langit. Ia mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata. Tingkatan otak adalah orang pandai yang melihat bintang di langit. Ia mengatakan bintang itu besar karena ia memiliki pengetahuan. Tingkatan hati adalah orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. Ia tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar. Ia berkata demikian, karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apa pun yang besar jika dibandingkan dengan Tuhan Allah yang Mahabesar dan Mahakuasa {Math Jokes, Cerita Lucu Abu Nawas: Kumpulan Humor Sufi, Matematrick.com, Garut, 4 Juni 2022}.

Pandangan mata kita amat terbatas, tidak mampu melihat tembus realitas apa saja. Otak kita juga amat terbatas, tidak mampu mengetahui segala hal. Hati kita pun tidak mungkin mamahami Tuhan yang Mahakuasa. Dalam semua keterbatasan kita ini, Roh Kudus membuka pandangan mata kita, otak kita dan hati kita, karena Ia mengajar kebenaran dan memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh 16: 13).

Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel