Makassar, infopertama.com – Pihak keluarga akhirnya merespon kisah memalukan jemaah umrah Indonesia asal Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan (Sulsel) inisial MS (26). Ia kabarnya melecehkan wanita asal Lebanon saat tawaf di Masjidil Haram. Sehingga keluarga merasa penting tuk memberikan klarifikasi dengan menceritakan kronologi kejadian.
Klarifikasi tersebut, oleh sepupu MS bernama Nirwana Tirsa menyampaikannya melalui thread Twitter @iniakuhelmpink yang tayang pada Sabtu (21/1/2023).
Ana memulai thread-nya dengan memohon bantuan menyebarluaskan klarifikasi pihak keluarga. Dia berharap klarifikasi itu sampai ke Presiden Joko Widodo.
“Hy teman² Twitter, mohon bantu up saya mau minta tolong kalaupun permintaan pertolongan kami tidak sampai ke Bapak Presiden Jokowi Dodo, saya hanya berharap ini bisa meredakan berita yg beredar di media sosial. Saya paham betul the power of Twitter yg menegakkan keadilan,” cuitnya mengawali thread klarifikasi.
“Saya ingin mengklarifikasi ke semua media terkait masalah sepupu saya MS yg dituduh melecehkan seorang wanita asal Lebanon pada saat melaksanakan ibadah umroh di tanah suci Mekkah. Mungkin ini tidak penting untuk orang² di Media tapi demi menjaga nama baik keluarga kami,” lanjutnya.
Kronologi Versi Keluarga MS
Dia kemudian menceritakan kronologi kejadian sehingga jemaah umrah dengan inisial MS dituding melakukan pelecehan seksual. Disebutkan bahwa jemaah umrah asal Sulsel an MS bersama rombongan tiba di Mekkah dari Madinah pada 8 November 2022. Selanjutnya MS tawaf pada 10 November 2022 pukul 01.00 waktu setempat bersama ibu, kakak, dan neneknya.
“Karna banyak orang, MS suruh ibunya buat tunggu depan (di luar area Ka’bah) takutnya kejepit, pas MS hampir megang sudut Ka’bah ada orang dari belakang narik pakaian ihramnya, karna takut pakaian ihramnya melorot dia ditariklah dari belakang kedepannya,” tuturnya.
Setelah ditarik keluar oleh 2 orang polisi, MS langsung dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. MS mengaku bingung telah berbuat kesalahan apa.
“Dibawa ke kantor polisi dimintaki keterangan dalam keadaan MS kebingungan salahnya apa, menelfonlah MS ke keluarganya tapi HPnya diambil sama polisi tsb, dihapus semua foto² dan semua biodata MS,” katanya.
MS disebut sempat menghubungi keluarganya di Indonesia karena nomor telepon ibunya tidak aktif. Saat itu ibunya masih menunggu di sekitaran Ka’bah.
“Sebelumnya sempat menghubungi kami yg di Indonesia karna hp ibunya tidak aktif. Karna waktu itu ibunya kan masih disekitaran Ka’bah nungguin Muhammad Said, dihubungikah kami di indo, kami disuruh buat hubungi kakanya yg juga di Mekkah kalau MS dibawa sama polisi Arab,” terangnya.
Baca juga:
Heboh Malam Pertama Pengantin Baru Disaksikan Keluarga Besar, Warganet Minta Live
Lakukan Pelecehan Seksual, Jemaah Umrah Sulsel Divonis 2 Tahun Penjara
“Namanya Kak M, nah kak M posisinya juga disekitaran Ka’bah tapi sementara sholat, dihubungilah kak M ini oleh MS kalau dia ditangkap polisi dengan tuduhan PELECEHAN,” sambungnya.
Saat itu polisi menyebut MS dilaporkan jemaah wanita asal Lebanon karena telah melakukan pelecehan dengan memegang area sensitif wanita. Sementara MS saat dimintai keterangan tak berkutik karena tidak paham bahasa Arab.
“Sampai dipukul pun sama Polisi Arab dia tidak berkutik karna memang dia tidak paham, posisi saat itu wanita pelapor tidak ada disitu. Sampai pada saat ketua travelnya ke kantor polisi disana katanya harus ditahan dulu sekitaran 5 hari nanti dibebasin,” katanya.
Namun, lanjutnya, saat tiba waktu rombongan MS untuk pulang ke Indonesia, MS masih belum bisa bebas karena harus menjalani persidangan. Keluarga kemudian menyebut tuduhan kepada MS tidak memiliki bukti.
“Nah disinilah keganjalannya, dia divonis hukuman 2 tahun penjara dengan kasus pelecehan, tanpa adanya bukti, saksinyapun cuma 2 polisi yg tangkap MS di TKP, dan pada saat pengadilan wanita Lebanon atau yg disebut korban ini tidak pernah hadir pada saat pengadilan!” tuturnya.
Pihak keluarga kemudian menyebut rutin berkomunikasi dengan MS melalui sambungan telepon di kantor polisi setempat. MS membantah telah melakukan pelecehan.
“Walaupun dipaksa sama polisi di sana dia tidak mengakui, tidak pernah mengakui tuduhan itu. Tapi ada surat dari sana melalui kedutaan atau apalah itu, sampai ke Kepala Penyelenggaraan Haji dan Umroh di Sulsel dan keterangannya membuat keluarga kami sakit hati,” katanya.
“Katanya MS mengakui bahwa tuduhan itu benar, padahal MS sudah sumpah² ditambah suci nangis² bahwa itu tidaklah benar. Kita hanya perlu bukti, tapi tidak ada bukti bahkan korbanpun tidak pernah ada di pengadilan,” sambungnya.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel