Jangan Melanggar Perintah Tuhan

Jangan melanggar Perintah Tuhan
Ilustrasi (ist)

PEKAN BIASA XI
Sabtu, 18 Juni 2022
Bacaan: 2Tawarikh 24: 17-25; Matius 6: 24-34

Sesudah imam Yoyada meninggal dunia, para pemimpin Yehuda datang menyembah raja Yoas. Sejak saat itu, raja Yoas menjadi tidak tahu diri. Ia tidak ingat lagi kesetiaan yang ditunjukkan oleh imam Yohada kepadanya. Ia mulai mendengarkan para pemimpin Yehuda untuk meninggalkan rumah Tuhan, Allah nenek moyang mereka, lalu beribadah kepada tiang-tiang berhala dan patung-patung berhala. Oleh karena kesalahan itu Yehuda dan Yerusalem tertimpa murka (2Taw 24: 17-18).

Namun Tuhan mengutus nabi-nabi kepada mereka, supaya mereka berbalik kepada-Nya. Salah satu nabi di antaranya adalah Zakharia. Ia putra imam Yohada. Roh Allah menguasai Zakharia. Ia tampil di depan rakyat dan berkata: “Beginilah sabda Tuhan: Mengapa kalian melanggar perintah-perintah Tuhan, sehingga kalian tidak beruntung? Oleh karena kalian meninggalkan Tuhan, maka Ia pun meninggalkan kalian!” Tetapi mereka mengadakan persepakatan dan atas perintah raja Yoas, mereka melempari nabi Zakharia dengan batu di pelataran rumah Tuhan (2Taw 24: 19-21).

Dari kisah ini, ada dua pikiran yang perlu kita renungkan.

Kita Mesti Tahu Diri

Sejarah hidup raja Yoas amat memprihatinkan. Dia diculik dari antara putra-putra raja yang dibunuh oleh Ratu Atalya. Ia disembunyikan di dalam gudang tempat tidur sehingga ia tidak ikut dibunuh. Sesudah enam tahun bersembunyi, imam Yoyada mengeluarkan Yoas dari persembunyiaan dan kemudian menobatkan dan mengurapi dia menjadi raja.

Bila raja Yoas sadar diri atau tahu diri, dia mesti berterima kasih bukan hanya kepada Yoseba yang menculik dan menyembunyikan dia dari ancaman pembunuhan. Tetapi lebih dari itu, dia mesti bersyukur kepada Allah yang menyertai perjalanan hidupnya, sehingga meskipun dia hidup dalam persembunyiaan, namun melalui imam Yoyada Tuhan mengurapi dia menjadi raja.

Akan tetapi dalam kenyataannya, raja Yoas justru berontak pada Tuhan. Bersama seluruh rakyat, ia tidak mendengarkan nabi-nabi, bahkan sampai ia membunuh nabi Zakharia. Intinya, raja Yoas melanggar perintah Tuhan dan meninggalkan Tuhan.

Sebagai aplikasi untuk kita, hendaklah kita tidak bersikap dan berprilaku seperti raja Yoas. Kehidupan masa lalu kita mungkin baik-baik saja, tidak seperti raja Yoas. Atau mungkin kehidupan kita sama sedihnya atau mungkin lebih sedih lagi dibandingkan dengan raja Yoas. Tetapi semuanya itu sudah terlewati melalui kebaikan begitu banyak orang dan terutama karena penyelengaaran Tuhan.

Orang-orang yang terlibat dalam perjalanan hidup kita amat sangat banyak dan tidak mungkin dapat dihitung. Melalui banyak cara dan banyak tangan kasih dari siapa saja, Tuhan juga bekerja terus mendampingi dan menyertai perjalanan hidup kita, melindungi dan memelihara diri kita.

Sebab itu kita perlu berdoa bagi mereka yang telah menolong kita. Setidak-tidaknya kita harus rendah hati dan tidak boleh sombong dan angkuh seperti raja Yoas.

Kita Harus Mentaati Perintah Tuhan

Raja Yoas bersama seluruh rakyat tidak mau mendengarkan Tuhan dan malah melanggar perintah-perintah Tuhan. Mungkin kita menganggap dan memahami perintah apa saja secara negatif sebagai sebuah komando, suruhan atau bahkan pemaksaan satu arah yang hanya mau memenuhi dan menguntungkan orang yang memberi perintah. Perintah manusia bisa saja ditafsir dan dipahami seperti itu.

Akan tetapi sesungguhnya pemahaman tentang perintah amatlah positif. Perintah atau firman adalah dasar segala ciptaan. Kalau tidak ada perintah atau firman, tidak ada satu ciptaan yang muncul di dunia ini. Maka Pemazmur berkata: “Baiklah semuanya memuji nama Tuhan, sebab Dia memberi perintah , maka semuanyat tercipta. Dia mendirikan semuanya untuk seterusnya dan selamanya, dan memberikan ketetapan yang tidak dapat dilanggar” (Mzm 148: 5-6). Pada bagian lain, Pemazmur juga menegaskan: Tuhan “berfirman, maka semuanya jadi. Dia memberi perintah, maka semuanya ada” (Mzm 33: 9).

Berdasarkan sabda Tuhan ini, perintah Tuhan menjadi dasar segala ciptaan dan keberadaan makhluk apa saja, termasuk manusia di dunia ini. Bahkan perintah Tuhan menanam dan menumbuhkan benih kegembiraan dan sukacita dalam hidup kita. “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku … sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (Yoh 15: 10-11). Perintah Tuhan membuat sukacita ilahi hadir secara penuh dalam diri dan hidup kita.

Berdasarkan beberapa sabda Tuhan ini, perintah Tuhan yang terungkap di dalam bentuk perkataan atau firman sungguh merupakan fundasi keberadaan kita sebagai ciptaan. Kita tidak akan hidup dan berada di dunia ini tanpa perintah Tuhan. Perintah Tuhan membuat kita hidup dan berada sebagai ciptaan Tuhan. Perintah Tuhan membuat kita bergembira dan bersukacita dalam hidup, Perintah Tuhan menyebabkan kegembiraan dan sukacita ilahi ada secara penuh dalam hidup kita.

Sebab itu, janganlah kita berani-beraninya melanggar perintah Tuhan seperti raja Yoas. Kalau kita melanggar perintah Tuhan, kita tidak akan hidup dan tidak akan memiliki hidup di dunia ini, tetapi kita dapat mati dan mendatangkan kematian bagi orang lain seperti halnya raja Yoas. Maka nasihat Amsal amat konkrit dan manusiawi bagi kita: “Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam hatimu. Berpeganglah pada perintahku dalam hatimu. Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu. Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu, dan tulislah pada loh hatimu” (Ams 7: 1-3).

Perintah Tuhan harus masuk di dalam hati kita. Kita mesti menyimpan perintah Tuhan di dalam biji mata kita. Kita mesti menambatnya dan mengikatnya pada jari tangan dan kaki kita, bahkan seluruh anggota tubuh kita. Dengan kata lain, perintah Tuhan mesti menyelimuti seluruh diri dan hidup kita. Melalui cara begitu kita tidak mudah melupakan atau melanggar perintah Tuhan, tetapi selalu mengenang dan mengingatnya untuk menuntun hidup kita.

Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel 

 

error: Sorry Bro, Anda Terekam CCTV