Hans Georg Gadamer, pemikir hermeneutika Jerman mengangkat kembali kritik atas nilai-nilai kehidupan yang pernah ditawarkan oleh Imanuel Kant (Gadamer, 1960: 90). Beliau mau menggarisbawahi kehidupan manusia yang merupakan pelaku nilai-nilai luhur kehidupan. Goresan nilai kehidupan itu mesti dihidupkan kembali pada dunia milineal yang kini merindu makna dan mau menemukan identitas karakter diri sejati.
Otokritik Theodice

Satu gugatan penuh makna bagi manusia. Kalau Bayi Yesus datang (baca: lahir), secara eksistensial manusia kemana dan bagaimana?
Setiap tanggal 25 Desember umat Kristen seluruh dunia merayakan Natal. Merayakan Natal tiap tahun bukan pertama-tama untuk memenuhi kewajiban liturgis belaka, tetapi lebih dari itu karena ada sesuatu yang ingin ditimba atau diperoleh darinya karena sesungguhnya makna terdalam Natal senantiasa relevan dengan situasi hidup manusia kini.
Karena itu, merayakan Natal bukan semata-mata sebagai perayaan kenangan (akan kelahiran Kristus) yang dilaksanakan setiap tahun, tetapi juga karena Natal memberikan harapan dan kekuatan baru bagi umat yang merayakannya. Apa makna Natal bagi kehidupan manusia sekarang ini?
Secara sepintas Natal memberi kesan ketakberdayaan, kesengsaraan, kemiskinan, dan ketidakberuntungan. Dikisahkan bahwa Kristus lahir pada situasi yang sangat sulit. Tuntutan untuk melakukan cacah jiwa di tempat yang jauh menjadi suatu kesulitan sekaligus beban bagi Maria yang sementara mengandung. Mereka mesti menempuh perjalanan jauh dan melelahkan.
Apa yang mau ditampilkan dibalik semua situasi ketidakberdayaan tersebut? Natal secara sepintas memang demikian. Tetapi, sebenarnya ada makna yang lebih mendalam untuk kehidupan manusia dewasa ini. Manusia yang senantiasa jatuh dalam fatamorgana kehidupan.
Para peziarah padang gurun adalah orang yang paling banyak ditipu oleh gejala optis ini karena melihat begitu banyaknya genangan air pada permukaan padang pasir yang panas. Dalam keadaan haus karena panas teriknya matahari di padang, mereka begitu mudah percaya bahwa apa yang mereka lihat adalah sebuah oase; sebuah sumber air yang menjanjikan kelegaan dan kehidupan. Mereka lalu bergegas ke sana dan berusaha mendapatkannya.
Pertama, pandangan manusia tentang alam berkaitan dengan kerusakan ekologi. Adanya pandangan manusia yang salah dan keliru tentang alam. Alam dipandang hanya sebagai objek yang bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pemenuhan kebutuhan manusia.
Bayi Yesus Sumber Kebahagiaan Sejati

Pada titik ini, orang justru mempertanyakan Allah yang diyakini sebagai maha Pengasih dan Penyayang. Bagaimana mungkin Allah yang mahabaik dan Mahakasih itu rela menghukum umatnya dengan membiarkan pelbagai bencana datang menghancurkan manusia? Konsep tentang Allah sebagai Allah yang Mahabaik, penuh cinta, dan rela mengampuni diragukan.
Bagi mereka, Allah adalah penghukum dan pembalas dendam. Ia memberikan hukuman dan pelajaran bagi manusia yang telah dalam banyak hal melakukan pelanggaran dan dosa. Di hadapan aneka bencana alam yang menimbulkan penderitaan dalam kehidupan manusia, orang bahkan tidak tanggung-tanggung mendeklarasikan kematian Allah. Allah telah mati (Jerman: Goot ist Toot dalam filsafat Nietzsche).
Ada dua hal yang perlu digarisbawahi.
Pertama, peristiwa kelahiran Kristus ke dunia merupakan sebuah bentuk solidaritas Allah terhadap situasi ketakberdayaan manusia. Allah yang secara nyata hadir dalam diri Yesus Kristus ingin menceburkan diriNya dalam situasi hidup manusia yang penuh dengan dosa, ketakberdayaan, dan kesengsaraan.
Allah yang kita imani adalah Deus Humanissimus; Allah yang sungguh manusiawi. Ia hadir ke tengah dunia dan merasakan kondisi manusiawi kita. Dia datang, hidup, berada dan menderita bersama manusia. Namun, ia tidak hanya hadir dan berada bersama manusia.
Manusia bertanggung jawab untuk meneruskan solidaritas Allah itu pada semua ciptaannya, baik manusia maupun alam sekitarnya. Merayakan Natal berarti kembali mengimani kemahakuasaan dan kebaikan Allah terhadap manusia.
Kedua, kehadiran Kristus juga mau menunjukkan kepada manusia bahwa Dia adalah jalan dan terang yang sesungguhnya. Kristus Hadir ke dunia dan menyatakan kepada dunia bahwa Dialah jalan satu-satunya yang mesti diikuti. Jalan melalui Yesus Kristus merupakan jalan yang menawarkan dan menjanjikan kebagiaan sempurna dan sejati kepada manusia, karena melalui-Nya orang bisa bertemu dengan Allah, sumber Kebahagiaan sejati.
Merayakan Natal karena itu juga berarti kesediaan untuk kembali ke arah yang benar yang senantiasa Allah sendiri tawarkan. Di tengah situasi umat manusia yang terus berbalik dan berbelok arah dari jalan yang sesungguhnya, Perayaan Natal memperingatkan kita untuk segera kembali kepada jalan yang benar.

*Alumni SANCLA Kuwu
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel