Selayang Pandang Pendidikan Indonesia

Pendidikan Indonesia
Ronialdus Bahur, Guru SMPN 4 Ruteng

SK Penlok

Pendidikan Indonesia
Ki Hadjar Dewantara, Pendiri Perguruan Tamansiswa, Yogyakarta. Menteri Pendidikan RI Pertama. Foto: Koleksi Museum Tamansiswa

Hari pendidikan Nasional, setiap tahunnya  masyarakat Indonesia peringati pada tanggal 2 Mei. Tanggal 2 Mei merupakan hari lahir atau hari ulang tahun Pahlawan Indonesia, Tokoh Pendidikan Indonesia,  Mentri Pendidikan Indonesia Pertama. Dia adalah Ki Hadjar Dewantara.  Hari lahir K.H.D merupakan hari bersejarah bagi dunia Pendidikan. 

Masa muda K.H.D identik sebagai aktivis sekaligus jurnalis pergerakan nasional yang pemberani. Ia menjadi wartawan pada beberapa surat kabar. Selain sebagai wartawan, K.H.D juga bergabung dengan  Boedi Oetumo (BO) di Batavia (Jakarta) pada 20 Mei 1908, kemudian keluar dan mendirikan Indische Partij (IP) bersama Cipto Mangukusumo dan Ernest Douwest Dekker atau lebih kenal sebagai Tiga Serangkai, pada 25 Desember 1912.

K.H.D juga mendirikan Lembaga Pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta. Filosofinya yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani. 

KHD Teladan Pendidik Kekinian

Semangat K.H.D layak menjadi teladan bagi para pendidik saat ini. 

Namun dalam berjalannya waktu ada banyak hal yang sering kita temukan dalam perkembangan bangsa saat ini, yaitu pengangguran semakin banyak dan mutu pendidikan semakin menurun atau mengalami degradasi. 

Indikasi menurunnya mutu pendidikan Indonesia salah satunya adalah belum mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain baik dalam bidang pendidikan itu sendiri, mau pun bidang teknologi. 

Sejarah pendidikan mencatat bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kualitas pendidikan paling rendah bandingkan negara-negara lainnya, meskipun usaha pemerataan sistem pendidikan sudah lakukan dan anggapan meningkat cukup signifikan.

Pendidikan saat ini secara umum mungkin sudah lakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sistem pendidikan yang dilakukan pun hampir keseluruhan menggunakan teknologi-teknologi canggih seperti komputer/laptop, LCD proyektor, handphone dan sebagainya. 

Berbeda dengan pendidikan pada era penjajahan Portugis, Belanda, Jepang. Masa Kemerdekaan, Orde Baru hingga Reformasi. Pendidikan era penjajahan, tidak semua rakyat Indonesia mampu mengeyam jenjang pendidikan yang baik. Hanya rakyat Indonesia tertentu saja yang mampu mengenyam jenjang pendidikan seperti keturunan bangsawan (darah biru).

Tentunya hal seperti ini menjadi masalah besar bagi bangsa kita, apalagi pada kekinian bangsa atau dunia sedang diperhadapkan dengan wabah Covid-19, sehingga akan memberikan dampak buruk bagi kemajuan dunia pendidikan Indonesia.

Kita berharap agar pendemi Covid-19 ini segera berakhir, agar proses kegiatan belajar mengajar dapat diselenggarakan dengan baik. Sebagai pendidik, tetap melakukan upaya yang terbaik dan memiliki semangat yang kuat serta dedikasi tinggi untuk memperjuangkan mutu pendidikan bangsa kita.

Saya berharap bahwa pada momen HARDIKNAS tahun ini menjadi awal dari perubahan untuk kemajuan pendidikan, dengan “serentak bergerak, wujudkan merdeka belajar”. Negara harus hadir dan memberikan perhatian khusus terhadap keberlangsungan dunia pendidikan. Terwujudnya pendidikan yang berkualitas haruslah  diimbangi dengan fasilitas yang memadai dan paling penting soal kesejahteraan para pendidik.

Penulis Ronialdus Bahur

Guru SMPN 4 RUTENG  

Editor: Redaksi

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel 

 

error: Sorry Bro, Anda Terekam CCTV