I. Gerakan Mahasiswa Zaman Bergerak 1912-1926
“BERJUANG MELAWAN KEKUASAAN = BERJUANG MELAWAN LUPA”
Salam dan Bahagia
Sebelum adanya Gerakan Mahasiswa, ada juga Gerakan Rakyat yang tampil dalam bentuk-bentuk seperti surat kabar dan jurnal, rapat dan pertemuan, serikat buruh dan pemogokan, organisasi dan partai, nyanyian, teater, novel dan pemberontakan, merupakan fenomena yang paling mencolok bagi kebangkitan “Bumiputra” pada awal abad XX. Fenomena yang sampai saat ini disebut sebagai “pergerakan”, dimana “Bumiputra” bergerak mencari bentuk, untuk menampilkan kesadaran politik mereka yang baru. Lalu, menggerakan pikiran dan gagasan, dan mengahadapi kenyataan di Hindia (Indonesia pada masa itu) dalam dunia dan zaman yang mereka rasakan bergerak.
Dalam Historiografi ortodoks yang diyakini bersama baik oleh orang-orang Indonesia maupun para Indonesianist (ahli tentang Indonesia). Pergerakan sering dilihat sebagai gerakan dimana sebuah bangsa yang belum bernama sedang mencari namanya; Indonesia, dan cita-cita nasionalnya; Indonesia merdeka!
Dalam pandangan ini, Pergerakan mulai dengan surat-surat R.A Kartini dan pembentukan Boedi Oetomo. Ketika kebangkitan nasional pertama kali tampilkan dalam bentuk organisasi, dan berakhir dengan mendirikan Perhimpunan Indonesia dan Partai Nasional Indonesia serta Sumpah Pemuda. Ketika para pemuda menyatakan diri Bertanah Air satu, Berbangsa satu dan Berbahasa Satu. Dengan begitu dalam dua puluh lima tahun pertama abad XX, pergerakan dipandang sebagai sebuah transisi, dengan pengertian bahwa telah ada gagasan Nasional sekalipun belum benar-benar nasionalis. Dalam sejarah dapat dipahami melalui hasil yang kemudian dicapai, yaitu ditemukannya cita-cita nasional; Indonesia merdeka. Hasil lain adalah tradisi yang terbentuk dalam pergerakan yakni sistem pembagian yang berdasarkan ideology dan organisasi menjadi nasionalisme, islam, dan komunisme.
Pada masa itu, lahir berbagai macam organisasi pergerakan. Masing-masing berproses secara mandiri dan dengan tahapan yang baik untuk bisa disebut sebagai Organisasi pergerakan sehingga menjadi organisasi kader berbasis massa. Syarat minimal sebagai tahapan tersebut adalah IPO: Ideologi/gagasan, Program perjuangan, dan organisasi. Sebagai contoh: Sarekat Islam (SI). SI tumbuh dan berkembang dari Rekso Roemekso pada awal 1912. Rekso Roemekso, yang didirikan oleh Haji Samanhoedi besama beberapa saudara, teman dan pengikutnya, adalah sebuah perkumpulan tolong-menolong untuk menghadapi para kecu yang membuat daerah Lawean tidak aman. Agaknya karena pencurian kain batik yang jemur di halaman tempat pembuatan batik. Seperti yang diperlihatkan oleh namanya, “penjaga“, adalah sebuah organisasi ronda untuk keamanan daerah.
Rekso Roemekso, sebuah organisasi ronda dibungkus dalam bahasa modern dan diberi nama baru, Sarekat (Dagang) Islam. Hal itu dikarenakan kasus hukum kolonial pada saat itu yang melarang munculnya organisasi politik sehingga diimbuhi kata dagang. Pendirinya: Tirtoadhisoerjo, K.H Samanhoedi dan beberapa yang lain, pada 9 November 1911.
Dalam bunyi pengantar AD/ART pembentukan SI : “semua orang sudah tahu bahwa sekarang ini adalah zaman kemajuan tidak boleh hanya menjadi omong kosong saja. Untuk itu kami memutuskan untuk membentuk perkumpulan Sarekat Islam. “artikel 1 anggaran dasar ini menyatakan bahwa perkumpulan dapat didirikan di mana saja dengan lima puluh anggota, dan tujuan perkumpulan harus “membuat anggota perkumpulan sebagai saudara satu sama lain. Memperkuat solidaritas dan tolong-menolong di antarumat Islam, dan mencoba mengangkat rakyat untuk mencapai kemakmuran, kesejahteraan, dan kejayaan raja melaui segala cara yang tidak bertentangan dengan hukum negara dan pemerintahan.”
….Organisasi terus berkembang hingga mencapai Ratusan ribu anggota pada masa itu. Dibagi dalam Afdeling (dewan daerah) masing masing. Dan, setiap afdeling mampu melakukan Vergadering (Rapat umum di sebuah lapangan luas antara pemimpin organisasi dan Massa simpatisannya) dengan jumlah anggota yang hadir hingga puluhan ribu orang. Melakukan aksi-aksi pemogokan, pemboikotan, penyebaran surat kabar, berkesenian dan lain-lain.
Semua dapat dicapai melalui keseriusan dan disiplin yang baik sebagai modal utama keberhasilan pengorganisasian dan pencapaian program perjuangan yang bertahap dan jangka panjang. Hal itu berkat adanya gagasan yang kuat, organisasi/kerjasama yang baik dan Program perjuangan yang jelas dan bertahap.
Pada Zaman itu kita mengenal Tokoh-tokoh sebagai motor penggerak perubahan yang terlahir dari kebijakan Politik Etis Kolonial. Para tokoh merupakan kalangan terdidik pada masa itu, mereka adalah pelajar dan mahasiswa lulusan dalam dan luar negeri yang memiliki kesadaran akan nasib bangsa dan tanah airnya. Namun, tidak semua tokoh yang ada merupakan Intelektual Jebolan sekolahan. Kita mengenal nama seperti Semaun yang lahir dari didikan/kader HOS Tjokroaminoto. Juga Soekarno. Selain sekolah, Ia matang dalam asuhan Tjokro dan Organisasi (Sarekat Islam). Satu lagi murid Tjokro adalah Karto Soewirjo. Ketiganya di kemudian hari berhasil menyemaikan tiga pondasi kuat gagasan besar nasionalisme oleh Soekarno Dengan PNI-nya. Semaun dengan Komunismenya (PKI), dan Kartosoewirjo dengan Islamismenya.
Hal itu tak terlepas dari didikan Tjokro yang mengarahkan pemahaman sosial masing-masing dengan pengetahuan/ gagasan besar seperti Marxisme (Sosialisme dan komunisme), Pemikiran Islam dan tokoh-tokoh pemikir Islam juga gagasan kebangsaan yang sedang berserak di hampir semua negara terjajah (Koloni Imperialis) di wilayah Asia dan Afrika. Juga ada sederet tokoh besar dan legendaris lainnya seperti: Tan Malaka, Hatta, Sjahrir, dll (baca buku-buku yang banyak beredar saat ini.)
Itulah sekilas ciri khas pergerakan kaum muda yang dimotori kaum tercerahkan oleh pengetahuan dan pergaulan Organisasi yang membebaskan pada massa Sebelum kemerdekaan.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel