Ruteng, infopertama.com – Bupati Manggarai, Herybertus G.L Nabit mengunjungi dan bertemu para pimpinan serta karyawan Perumda Tirta Komodo – Ruteng, Rabu, 08 Januari 2025 siang.
Hery Nabit selaku bupati sekaligus pemilik modal melakukan kunjungan perdana tahun 2025 ke kantor Perumda Tirta Komodo, di Jln Wae Palo Ruteng.
Dalam arahannya, Hery Nabit mengingatkan selain soal etos kerja dengan penekanan pada tau diri, ia juga menekankan soal kepantasan dan keahlian.
Menurut Bupati Hery Nabit, pekerja di Perumda itu didominasi karena hasil proses politik semata, bukan karena keahlian tertentu terkait dengan pelayanan air minum bersih di Manggarai.
“Dari 95 orang yang hadir saat ini, saya tidak tau berapa orang yang masuk karena keahlian, karena pintar, karena jago, pokoknya karena keahlian saya tidak tahu. Mungkin 5 persen, 10 persen saja, saya tidak tahu. Tapi, saya mau omong sesuatu yang dulu bahwa sebagian dari kita yang ada di sini karena sebuah proses yang namanya proses politik.”
Bahkan juga, lanjut Hery Nabit bahwa para eselon dua, kepala dinas di bawah itu juga karena proses politik. Kalau pak dirut tidak menang dulu tidak ada itu kepala dinas (Kalau Kalah Pilkada 2020, pasti dirut PDAM bukan Marsel Sudirman -pen).
“Jadi, tidak bisa ngomong ini hari karena saya pintar, pintar apa? Kalau soal pintar saja, di pasar di bawah itu banyak yang pintar. Karena itu, ikuti proses politik. Ini baru lewat ini (Pilkada 2024), saya tidak minta didukung, kau tidk pilih saya tidak apa-apa tapi jaga sikap, jaga mulut.” Ungkap Hery Nabit di hadapan Dirut PDAM, pejabat struktural dan para pegawai yang hadir di aula rapat lantai II Kantor PDAM.
Hery Nabit menegaskan, yang ia mau omong itu jaga netralitas. “Kalau netralitas mungkin terlalu tinggi maksudnya bahwa netralitas itu bukan berarti kita punya dukungan. Ada dukungan tapi jaga mulut. Kenapa jaga mulut, karena mulut itu melukai, karena kata itu melukai.”
Walaupun, ujar Hery Nabit, dalam tradisi Manggarai, ada istilah teti tuak, poto koles bo tombo (minta maaf), benar memang minta maaf tapi terlanjur sudah melukai yang bisa membekas di orang lain.
“Mungkin kamu menilai saya omong ini karena dendam, bukan. Bukan dendam. Tapi saya mau supaya pilkada berikut jangan begitu lagi. Begitu maksudnya. Bukan saya dendam karena tidak dipilih, toh saya yang menang, kamu kalah.”
Juga bukan marah-marah, supaya kau jangan begitu lagi nanti. “Anda untung kena saya. Kalau yang menang orang (ini) gila kau habis dong. Jadi jangan berpikir ini soal pilih yang lalu, bukan. Ini soal pemilu berikut, soal pemilu berikut.” Tegas Hery Nabit.
Sudah, kalau kau sudah punya dukungan ya sudah kau tenang-tenang saja, omong baik saja dengan kau punya politik. Tapi kalau kau maki saya, ini persoalannya. Sekali lagi, kata-kata itu melukai, dan hati-hati dengan kata-kata.
“Jangan kira yang pegawai-pegawai omong saya tidak tau, pegawai maki juga saya dengar. Apa yang saya tidak tau di Manggarai ini, saya bupati jadi saya tau semua, siapa selingkuh dengan siapa saya tahu. Semua informasi itu masuk ke saya. Satu orang istri tiga saya tau, malam ini ke sini, malam berikut ke situ, tau saya. Tapi, sebagai pemimpin, ada hal yang saya harus omong dan ada hal yang tidak harus saya omong.”
Sekali lagi, Bupati Hery menegaskan, kau jangan berpikir saya omong begini karena yang lalu, bukan, supaya pemilu berikutnya kau jangan main lagi.
“Kau salah pilih, kau celaka 5 tahun. Orang bilang dengan saya, tahan saja paling tinggal lima tahun. Iya kalau lima tahun, tiba-tiba undang-undang ubah lagi bisa tiga periode, saya maju lagi. Karena tidak ada yang tau apa yang terjadi. Yang bisa tau, yang bisa kita buat adalah kita jaga kita punya diri. Saya harus omong sekali lagi, posisimu hari ini, kerjamu hari ini impian orang yang tidak punya kerja di luar, jaga itu.”
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp ChanelÂ
Â