Medan, infopertama.com – Fenomena unik, khas yang hanya ada di Simalungun, adalah Martabas. Nenni Triana Sinaga, dalam ringkasan disertasinya secara khusus mengulasnya, yang menurut Nenni Triana Sinaga sebagai kekayaan bangsa yang perlu dipertahankan.
Demikian Nenni, penelitian ini lebih menarik lagi karena kajiannya melalui pendekatan antropolinguistik yang merupakan ilmu interdisipliner. Pendekatan antropolinguistik sendiri merupakan bidang ilmu yang berasal dari dua disiplin ilmu yang berbeda, namun dapat memecahkan persoalan yang sama.
Antropolinguistik memiliki tiga bidang kajian utama yaitu studi mengenai bahasa, studi mengenai budaya. Dan, studi mengenai aspek aspek lain kehidupan manusia.
Bersamaan dengan itu, kajian antropolinguistik berangkat dari bahasa. Baik itu lisan maupun tulisan untuk memahami seluk-beluk kehidupan manusia terutama kebudayaan. Biasanya, mulai dari unsur-unsur verbal dan masuk kepada unsur-unsur nonverbal yang semua itu ada dalam tradisi lisan sebagai objek kajian antropolinguistik.
Pemaknaan
Martabas berasal dari kata dasar tabas (bahasa Simalungun) yang artinya adalah mantra. Kata dasar tabas mendapat imbuhan (awalan mar yang artinya ber) sehingga menjadi martabas atau bermantra yang merupakan adanya suatu proses kegiatan berbahasa. Asli (2013: 30) menyatakan bahwa mantra berasal dari kata man yang artinya ‘pikiran’ dan tra yang artinya ‘bentuk’ sehingga mantra adalah bentuk pikiran atau sebagai alat untuk melindungi pikiran.
Secara umum, dapat mengklasifikasikan mantra berdasarkan fungsi, makna, dan pelafalannya.
Noormaidah (2018:98) menyatakan bahwa berdasarkan pelafalannya mantra makumpai kelompokkan ke dalam lima jenis. Yaitu mantra adat istiadat, mantra pelindung, mantra pengobatan, mantra pengasihan, dan mantra penimbul benci.
Pelaksanaan Performansi
Tahapan-tahapan pelaksanaan performansi, lanjut Nenni, merupakan langkah awal dalam menemukan pola tekstual dan nontekstual performansi martabas.
Menurut Nenni, kearifan lokal tekstual dan nontekstual yang terdapat dalam performansi martabas mengandung tiga kearifan lokal utama. Hal ini, sambung Neni berdasarkan tiga jenis tabas dalam pengobatan tradisional pada etnik Simalungun. Dan, kearifan lokal lainnya yang melekat pada kearifan lokal utama.
“Sebagai tradisi lisan, performansi martabas sebaiknya tetap dilakukan sebagai media pengobatan bagi masyarakat setempat dan pemertahanan bahasa-bahasa martabas sebagai kekayaan bahasa dan budaya.” Tegas Nenni berharap.
Selain itu, Nenni berharap instansi pemerintah memberikan perhatian khusus bagi kelangsungan hidup penutur tabas melalui pencatatan pendirian izin pada dinas terkait. Karena hanya penutur tabas yang mampu mempertahankan dan melakukan pewarisan pengetahuan lokal pada generasi muda di kemudian hari.
Kemudian, penelitian-penelitian terkait tradisi martabas terus dilakukan untuk menyempurnakan penelitian-penelitian sebelumnya sehingga menjadi penelitian yang lebih baik.
Pengobatan Tradisional
Pola performansi martabas merupakan performansi pengobatan tradisional yang bertujuan untuk memperoleh kesembuhan atau tercapainya permohonan penutur tabas. Pola ini berkenaan dengan struktur, kaidah, dan formula baik secara tekstual maupun nontekstual.
Selain itu juga merupakan komunikasi searah yang mengandung makna kalimat sapaan religi/etnik, kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat permohonan maaf, kalimat imperatif penegasan, dan kalimat ucapan syukur dalam teks martabas.
Performansi martabas tidak terlepas dari benda-benda material yang memiliki peran penting dalam memeroleh kesembuhan. Baik itu kesembuhan secara fisik, nonfisik, dan penjagaan diri. Benda-benda material tersebut terdiri atas demban sayur, kemenyan, demban panurungi, jeruk purut, keris kecil, bunga rapai, dan telur manuk kampung.
Teks martabas merupakan teks yang mengandung verba performatif yang memiliki makna sebagai kalimat menghargai, kalimat perintah, kalimat menasehati, kalimat menginformasikan, kalimat mengakui, dan kalimat memohon. Makna setiap kalimat berperan dalam memengaruhi pendengar sehingga bersedia melakukan tindakan sesuai keinginan penutur tabas.
Indeksikalitas tekstual dan nontekstual martabas berkenaan dengan kandungan tradisi lisan guna menemukan kearifan lokal. Kandungan martabas merupakan performansi pengobatan yang memiliki fungsi utama memohon/ permohonan kesembuhan/ kesehatan.
Kearifan lokal dalam performansi martabas kemas dalam permohonan dengan tujuan memeroleh kesehatan fisik, kesehatan nonfisik, kesehatan penjagaan diri.
Secara umum, fungsi martabas sebagai sarana komunikasi penyampaian permohonan, penyampaian pengetahuan lokal terhadap generasi muda, dan sebagai media dalam menolong sesama.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel