Implementasi dari RAD Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Manggarai Timur

Borong, infopertama.comYayasan Ayo Indonesia melalui Program VICRA menyelenggarakan suatu Lejong (diskusi) tentang komitmen dari Pemerintah Kabupaten untuk mengimplementasi Keputusan Bupati terkait Rencana Aksi Daerah (RAD) Perubahan iklim di wilayah Kab. Manggarai Timur dengan Masyarakat, Kelompok Tani, Kelompok Wanita Tani, Petani Muda, Pemerintah Desa Poco Lia, dan Pemerintah Kab. Manggarai Timur dalam hal ini Dinas Pertanian, anggota kelompok kerja (Pokja) Perubahan Iklim, Jumat lalu (5/4/2024) di Kantor Desa Poco Lia.

Tujuannya adalah mendorong keterlibatan pemerintah dan masyarakat desa Poco Lia mengatasi dampak perubahan dengan cara menanam jenis tanaman pangan lokal yang adaptif terhadap perubahan iklim. Serta, membudidaya berbagai jenis hortikultura secara organik untuk menjamin ketahanan pangan dan ekonomi. Rencana aksi daerah adaptasi dan mitigasi dirancang oleh Kelompok Kerja (Pokja) Perubahan Iklim yang beranggotakan seluruh perangkat daerah di Manggarai Timur.

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Aleksius Berno, Kepala Desa Poco Lia. Dalam kata sambutannya, dia menyampaikan bahwa lejong (diskusi) ini sangat penting melibat pemangku kepentingan di Desa dan Kabupaten agar semua mengetahui apa yang menjadi komitmen dari pemerintah desa dan kabupaten dalam mengatasi dampak perubahan iklim di Manggarai Timur, khususnya, di Desa Poco Lia, Kecamatan Lamba Leda Selatan.

Perubahan iklim, kata Aleks, sudah terjadi, kita telah merasakan dan melihat gejala-gejalanya. Di antaranya seperti, suhu udara cukup panas tidak seperti biasanya, musim kering semakin panjang, mundurnya musim hujan, debit air untuk minum dan irigasi rendah.

Saluran irigasi di lokasi persawahan Redang dan Nangkom, ujarnya, tidak berfungsi sesuai yang diharapkan karena tidak ada air sehingga produksi padi terus menurun beberapa tahun terakhir.

Oleh karena itu, lanjutnya, kita semua diharapkan tidak boleh menebang pohon di hutan dan pada lahan yang masih terbuka. Tidak ada pohon, mesti ditanami pohon untuk meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah pada musim hujan.

Sedangkan untuk mengupayakan peningkatan sumber pendapatan, dari petani yang bergabung dalam kelompok tani dan kelompok wanita tani, Pemerintah Desa pada tahun 2024 sudah mengalokasikan anggaran dari dana desa untuk penyediaan benih sayur-sayuran. Program hortikultura ini diprioritaskan pada kelompok-kelompok tani yang punya lahan di dekat sumber air.

Yeremias Koprusli, SP, Kepala Bidang Hortikultura dan Pangan, Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur pada kesempatan itu mengatakan bahwa perubahan iklim menjadi ancaman kita semua khususnya petani. Kekeringan sebagai salah satu tanda terjadinya perubahan iklim menyebabkan penurunan produksi pangan beras dan jagung di Manggarai Timur. Sebagian besar jagung di wilayah pantai selatan mengalami gagal panen akibat kemarau panjang.

Di Compang Ndejing, misalnya, jelas mias, yang merupakan salah satu wilayah sentra produksi jagung di Manggarai Timur, pada tahun 2023 sebagian besar petani jagung mengeluh kehilangan sumber pendapatan akibat tanaman jagung mereka kering sehingga terjadi gagal panen akibat kemarau panjang. Beruntung masih ada yang bisa dipanen berkat upaya baik yang dilakukan Dinas Pertanian bekerjasama sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Manggarai Timur melakukan penyiraman menggunakan mobil pemadaman kebakaran pada areal penanaman jagung yang dekat jalan. Sedangkan tanaman yang jauh dari jalan tidak dapat diselamatkan. Pada tahun 2023, kejadian gagal panen jagung dialami oleh Petani di wilayah Kecamatan Kota Komba dan Borong.

Lebih lanjut, mias menjelaskan bahwa Penurunan hasil padi juga terjadi, dan dinilai relatif tinggi paada 5 tahun terakhir, kurang lebih 11.28 persen. Fakta ini muncul tidak terlepas dari pengaruh kekeringan dan hujan dengan intesitas tinggi.

Belajar dari pengalaman ini maka Tahun 2024 ini, Pemerintah Daerah menyediakan beberapa mesin pompa dan isap air serta memperbaki beberapa saluran irigasi untuk menjamin ketersediaan air di lokasi persawahan Rana Loba dan Toka sebagai langkah adaptasi dan mitigasi.

Hujan dengan intensitas cukup tinggi bulan maret 2024 lalu, ungkap mias, menyebabkan terendamnya padi pada luasan mencapai ratusan hektar di wilayah Kecamatan Lamba Leda Utara. Dan, hal ini berpengaruh terhadap menurunnya produksi padi.

Mempertimbangkan situasi yang sudah terjadi pada tahun sebelumnya akibat perubahan iklim maka pemerintah kab. Manggarai Timur pada tahun 2024 membuat program/kegiatan penanggulangan dampak perubahan iklim guna memperkuat ketahanan pangan melalui pengembangan sorgum, jagung (varitas Bisi18 dan NK Sumo), padi tahan kering (varitas inbrida/biofor) dan hortikultura.

Target luasan lahan dari masing-masing komoditi, yaitu, sorgum 250 hektar, penangkaran benih padi 25 hektar, dan padi untuk pangan 800 hektar. Target benih padi yang dianggarkan oleh Dinas Pertanian atas dukungan dari Pemerintah Pusat sebanyak 30 ton benih untuk dibagikan kepada para petani pada periode musim tanam (MT) Oktober 2024-Maret 2025 (Oktomar).

Dia menambahkan, sedangkan benih sorgum akan didistribusikan pada bulan Mei dan Juni. Untuk itu, para petani di Poco lia diminta menjadi sasaran program ini dengan mendaftarkan diri, caranya mengisi formulir daftar Calon Petani Calon Lahan (CPCL).

Demikian juga jika kelompok-kelompok tani dan wanita tani di desa Poco Lia berminat untuk berusaha hortikultura.

“Aneka benih hortikultura yang disediakan oleh Dinas Pertanian untuk tahun ini, antara lain semangka, melon, kacang panjang, terung, dan jenis yang lain,” kata Mias.

Rikhardus Roden, mengingatkan peserta untuk aktif berdiskusi dengan Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat menyikapi dampak perubahan iklim. Perubahan iklim sudah sedang terjadi di Manggarai Timur maka semua pihak bekerjasama mengatasi dampaknya sebab pangan harus tetap tersedia di setiap rumah tangga. Dan, petani tidak boleh kehilangan sumber penghidupan.

Dia juga menyampaikan bahwa berdasarkan infomasi dari BMKG Lasiana Kupang terkait perkiraan musim kemarau yang dikeluarkan minggu lalu (26/3/2024) menyatakan bahwa musim kemarau akan mulai berlangsung pada dasarian kedua bulan April dan puncaknya pada agustus 2024.

Merespon informasi ini, Rikhard menawarkan peserta untuk menanam sorgum dan sayur-sayuran untuk tujuan pangan, gizi, ekonomi dan ekologi dengan menerapkan pertanian organik karbon dan cara pemasaran model berjejaring.

Adam, salah satu anak muda yang tertarik beragrobisnis menyambut baik upaya pemerintah  untuk mendorong orang muda menjadi petani. Dia meminta kepada pemerintah agar orang-orang muda dilatih tentang pertanian organik, pemasaran dan juga menyediakan ternak sebagai elemen penting dalam usaha hortikultura secara organik.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel 

 

error: Sorry Bro, Anda Terekam CCTV