Alih-alih menjadi saksi keadilan ekologis, investasi seperti ini menempatkan Gereja di sisi yang sama dengan para perusak bumi. Dan celakanya, semua ini terjadi secara diam-diam, nyaris tanpa akuntabilitas ke umat.
Gereja Katolik tak bisa berdalih tidak tahu. Laudato Si’ dengan gamblang menyatakan:
> “Masalah energi menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi umat manusia. Sangat mendesak pengembangan kebijakan agar energi berasal dari sumber yang dapat diperbarui.”
Bahkan dalam Laudate Deum (2023), Paus Fransiskus menyindir negara dan institusi yang berbicara soal iklim, tapi tetap menanam modal di energi kotor.
Kalau Gereja Indonesia ikut-ikutan model investasi rakus seperti itu, untuk apa lagi kita berkhotbah tentang pertobatan ekologis?
Konsistensi moral bukan pilihan—itu keharusan. Jika KWI benar-benar mau menjadi suara kenabian di tengah krisis iklim, maka langkah pertama adalah:
1. Menarik seluruh investasi dari industri batubara dan energi fosil.
2. Mengaudit seluruh portofolio DPKWI secara etis dan transparan.
3. Mengalihkan dana ke sektor yang mendukung kehidupan, seperti energi bersih, pendidikan, dan pertanian berkelanjutan.
4. Memberi laporan terbuka ke umat—karena ini uang milik Gereja, bukan milik kelompok elit finansial.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel