Cepat, Lugas dan Berimbang

Gereja dan Tambang, Kontradiksi Khotbah Moral di Mimbar Agama

Namun, seiring waktu dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan segala konsekuensinya kebutuhan listrik di Manggarai sudah tidak bisa lagi dipenuhi Ulumbu yang hanya mampu mensuplai 7,5 MW dari kebutuhan listrik Manggarai kekinian yang sudah berada di angka 13,5 MW.

Besarnya kebutuhan listrik di Manggarai menggugah pemerintah untuk melakukan pengembangan memanfaatkan potensi Panas Bumi di Poco Leok dan beberapa tempat lain di Flores. Selain itu, pengembangan pemanfaatan panas bumi juga sebagai upaya pemerintah tuk berangsur mengurangi ketergantungan pada energi konvensional, energi Fosil yang didatangkan dari luar. Energi yang jelas-jelas kotor dan tentunya merusak lingkungan sebagaimana PLTU di Ropa yang menggunakan Batu Bara dari Kalimantan.

Pemanfaatan Panas Bumi juga untuk mewujudkan Flores Mandiri Energi, mirip dengan gereja Mandiri.

Sayangnya, alih-alih didukung semua pihak, semua elemen nyatanya belakangan ini pengembangan potensi panas bumi Flores justeru mendapat penolakan. Memang, penolakan itu datang dari beberapa pihak saja yang hanya mengatasnamakan masyarakat, termasuk yang paling mengejutkan penolakan dari komunitas agama, gereja lokal gerejawi Ende dengan enam wilayah keuskupan di Nusa Tenggara termasuk keuskupan Denpasar yang dipimpin Mgr. Silvester San.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel