Jakarta, infopertama.com – Pakar Hukum Tata Negara Prof. Jimly Asshiddiqie ikut menanggapi isu pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang kembali ramai diperbincangkan publik.
Jimly secara lugas menyebut perbincangan tersebut tidak perlu dibesar-besarkan.
Melalui akun X miliknya @JimlyAs, sudah terdapat beberapa partai yang menolak pemakzulan Gibran yang cukup menjadi meyakinkan.
“Sudah 3 partai tolak pemakzulan, apa tidak cukup untuk yakinkan, pemakzulan tidak mungkin terjadi?” tulis Jimly dilansir X (9/6/2025)
Lebih lanjut, ia menyebut apabila fokus sekarang lebih kearah pengawasan terhadap pemerintah sebagai bekal untuk pilpres selanjutnya.
“Maka lebih baik perhatian dan kemarahan diarahkan untuk awasi kinerja pemerintah sekarang dan persiapan untuk pilpres lagi pada 2029 agar pengalaman pahit 2024 jangan terulang. Dan, lebih penting antisipasi untuk perbaikan sistem ke depan,” sambung mantan ketua MK ini.
Tidak hanya pernyataan yang disampaikan, Prof. Jimly juga menyertakan penyataan dari Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh.
Surya Paloh menekankan, bahwa pemakzulan yang sedang dibesar-besarkan tidak memiliki dasar berdasarkan ketentuan yang berlaku.
“Saya kan sudah katakan, harus ada basic dasar apa pemakzulan itu, bukan hanya faktor suka atau tidak suka,’ ujar Surya Paloh.
Menurutnya permintaan pemakzulan dapat diproses apabila terdapat sebuah skandal dan bukti-bukti kuat yang mencoreng.
“Bukan hanya faktor output kinerja semata-mata, ada skandal di sana yang tidak bisa terbantahkan. Mungkin itu kita progres, atau proses kearah pemakzulan,” jelasnya.
Surya Paloh juga mengatakan bahwa isu yang tidak kuat dan dijadikan sebuah alasan untuk pemakzulan akan memicu terjadinya huru-hara yang tidak baik untuk bangsa.
“Kalau tidak ada hal itu, tidak ada angin tidak ada hujan kemudian kita usulkan pemakzulan saya bilang kita bukan membawa kenyamanan, ketentraman, dan kondusifnya situasi politik dalam negeri,” lanjutnya.
Lebih tepatnya, Surya mengatakan bahwa hal tersebut akan memulai memunculkan masalah-masalah baru usai pemilu digelar.
“Kita mulai membuat masalah-masalah, pemilu baru selesai, pemikiran-pemikiran seperti ini tidak menempatkan faktor suka atau tidak suka semata-mata,” ujarnya
Bahkan, ia menekankan yang harus diutamakan untuk saat ini, yakni memilah segala bentuk permasalahan yang tidak merugikan salah satu pihak saja.
“Tapi bagaimana Konsitusi ini kita rawat dan kita jaga bersama, kalau hanya sekedar kebencian, wah susah kita ini. Kalau dinyatakan aku yang paling benar di dunia ini, orang lain semua dinyatakan salah itu juga tidak benar menurut saya,” tutupnya.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel



