Cepat, Lugas dan Berimbang

Diaspora Tato yang Ubiquitas

Budaya Global

Tato kini mengalami pergeseran dan memasuki nilai antroposentris yaitu nilai yang tidak lagi dapat dipahami sebagai suatu bentuk kebudayaan dari suatu daerah tertentu saja. Tetapi sudah menjadi budaya global. Sebelumnya tato bernilai religius trasendental yaitu sesuatu yang tidak dapat dipahami secara logika tetapi ‘harus’ diterima begitu saja sebagai suatu perintah agama atau keyakinan dan magis pada masyarakat suku bangsa pedalaman. Ketika tato tidak menjadi simbolisasi trend maka tato kehilangan nilai sakralitas. Dan, masuk ke pelataran profan yaitu hal atau objek umum yang dianggap biasa. Pada akhirnya tato dipandang terdemistifikasi (terbantahkan) hingga masuk ke jurang stigmatisasi (pandangan umum, ajaran) negatif yang bernada klaim bahwa tato adalah cap penjahat, bajingan, gali maupun preman.

Pasca runtuhnya rezim orde baru, udara segar kebebasan dan liberalitas tidak hanya dapat dinikmati oleh kalangan sadar hukum dan aktivis politik. Namun kebebasan berekspresi juga melanda jugend (kaum muda) urban yang lebih agresif, reaksioner, atraktif terhadap situasi dan lingkungan. Salah satu bentuk nyata yang dilakukan adalah kian merebaknya tato dan tindik sebagai simbol yang dapat ditafsirkan bermacam-macam. Tato telah menjadi fenomena kebudayaan masif (sudah melekat atau tidak asing lagi) yang menimbulkan kesan interpretatif.

Fenomena tato bukan dilahirkan dari sebuah tabung dunia yang dikenal dengan istilah modern dan perkotaan. Secara historis, tato lahir dan berasal dari budaya pedalaman, tradisional bahkan dapat dikatakan arkhais (kuno). Kini tato dan tindik seakan mengalami euforia (euphoria) dan perluasan makna ameliorasi (perubahan atau peningkatan nilai makna dari makna yang biasa atau buruk menjadi yang baik) yang demikian multidimensional yaitu wujud, bentuk, persepsi dan pengguna yang mendunia atau sebagai sesuatu yang populer. Dukungan terhadap tindakan tato dan tindik pun semakin meluas. Jugend merasa bahwa ketika atribut tersebut melekat di tubuh maka resistensi diri terhadap lingkungan tidak perlu terlalu dipikirkan, mengingat daya protes akan diimbangi dengan daya dukung komunitas bahkan dari kalangan keluarga.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel 

 

Cepat, Lugas dan Berimbang