Congko Lokap Gendang Rohak, Hery Nabit Singgung Pentingnya Toing – Titong – Toming

Ruteng, infopertama.com – Bupati Manggarai, Herybertus G.L. Nabit mengikuti ritus adat Congko Lokap Gendang Rohak di desa Bangka Dese, kec. Lelak pada Sabtu, 10 Agustus 2024.

Ritus Congko Lokap pada tradisi atau budaya Manggarai merupakan ritus puncak dari serangkaian ritus dalam pembuatan rumah gendang.

Dengan adanya ritus Congko Lokap berarti pembuatan sebuah Rumah Gendang telah usai. Menandakan usainya pembuatan rumah Gendang dengan mempersembahkan Kurban berupa seekor Kerbau Jantan dan satu ekor babi Jantan.

Momen meng-kurban-kan seekor kerbau jantan yang diikuti dengan seekor babi inilah yang disebut sebagai Pa’u Kaba atau Rowa Kaba Congko Lokap.

Herybertus Nabit, dalam sambutannya usai upacara Rowa Kaba Congko Lokap menekankan tiga poin penting dalam budaya Manggarai yang harus kita lestarikan.

Adapun ketiga poin atau hal penting itu kata Hery Nabit adalah Toing (Mengajarkan), Titong (Mengarahkan) dan Toming (Mencontohkan). Ketiga poin ini, menurut Bupati Hery Nabit menjadi pelajaran berharga bagi kawula Manggarai dalam hidup sebagai mahluk yang berbudaya (Manggarai).

Bupati Manggarai, Herybertus Nabit dijemput dengan ritus adak Curu dan dilanjutkan dengan pengalungan Selendang dan pengenaan Topi sebelum diarak menuju Rumah Gendang Rohak.

Demikian bupati Hery Nabit, bahwa peristiwa hari ini (Congka Lokap) bukanlah perkara gampang, karena merupakan upacara bersama bagi banyak orang, banyak pihak yang tentunya pada banyak orang dan banyak pihak itu membutuhkan satu hati dan pikiran (rasa memiliki- pen) sehingga berada pada peristiwa Congko Lokap.

Menurutnya, kebersamaan keluarga besar Rohak baik yang berada di Rohak pun yang datang dari luar Rohak (perantau -pen) dalam upacara Congko Lokap menjadi contoh positif yang harus dilakukan turun temurun sebagai aktualisasi pesan “Neka Hemong Kuni Agu Kalo”.

Lebih jauh, Bupati Hery Nabit berharap, keberadaan Rumah Gendang Rohak ini menjadi tempat terbaik tuk menyelesaikan segala soal, apa pun itu.

Sebab, sebagaimana lazimnya tidak etis ketika ada soal, ada perselisihan dalam hidup sekampung kemudian diumbar ke luar. Padahal, seyogianya, para tetua kita dahulu kala selalu menyelesaikan soal, menyelesaikan masalah dalam budaya lonto leok, bantang cama reje lele dalam sebuah rumah besar, rumah bersama yang namanya Rumah Gendang.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel 

 

error: Sorry Bro, Anda Terekam CCTV