Ruteng, infopertama.com – UPTD Puskesmas La’o terus berkomitmen memberikan pelayanan intensif berkelanjutan bagi pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di delapan kelurahan. Hingga November 2025, sebanyak 57 pasien tercatat mendapat layanan medis secara rutin, pemantauan kesehatan serta pendekatan psiko-sosial.
Upaya ini yang dimulai sejak 2019 menjadi wujud nyata dari slogan “Manggarai Bebas Pasung”, sebagai implikasi berkelanjutan demi mengembalikan martabat dan harapan bagi para penyintas pasien ODGJ.
Kepala UPTD Puskesmas La’o, M. Eduard Keluman, saat ditemui Kamis (4/12/2025), menegaskan bahwa penanganan pasien ODGJ oleh tim medis tidak terbatas pada jam kerja formal. Ia menyebut, petugas sering turun langsung ke lapangan. Bahkan di luar jam dinas, terutama ketika menerima laporan adanya pasien yang mengamuk atau menunjukkan perilaku yang membahayakan orang lain. “Petugas selalu siap, dan tidak jarang bekerja sampai malam demi keselamatan pasien dan masyarakat,” ungkapnya.
Eduard menegaskan, petugas Puskesmas juga aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari tingkat lurah, Bhabinkamtibmas, hingga Klinik Renceng Mose. Menurutnya, pendekatan kolaboratif ini penting untuk mempercepat respons serta intervensi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat sasaran sehingga menyentuh langsung kebutuhan para pasien.
Ia menekankan pentingnya dukungan keluarga dengan mengajak mereka untuk terbuka dan aktif berkolaborasi. Menurutnya, keterbukaan adalah kunci utama agar pasien bisa sembuh dan kembali menjalani kehidupan yang produktif. “Kami butuh dukungan keluarga. Jangan sembunyikan pasien, karena keterbukaan adalah kunci agar mereka bisa pulih dan kembali berdaya,” harapnya.
Selain itu, penanggung jawab program ODGJ di UPTD Puskesmas La’o, Maria Evalde Tapung, mengungkapkan bahwa dari total 57 pasien ODGJ di delapan keluarahan tersebut, sebanyak 44 pasien aktif menerima pengobatan secara rutin. Sisanya, ungkap Evalde, tidak menerima obat karena berbagai alasan medis, seperti kombinasi penyakit lain, usia lanjut maupun karena telah berpindah domisili mengikuti keluarga.
Evalde menjelaskan bahwa timnya secara rutin mengunjungi rumah pasien setiap bulan, tidak hanya memberikan obat-obatan, tetapi juga melakukan perawatan menyeluruh termasuk memandikan pasien, terapi bicara, dan pendekatan emosional guna mendukung proses pemulihan mereka secara optimal. “Kami tidak hanya memberikan obat, tetapi juga melakukan perawatan diri seperti memandikan pasien, terapi bicara, dan pendekatan emosional,” ujarnya.
Untuk memastikan pasien rutin mengonsumsi obat, petugas secara intensif berkoordinasi dengan orang tua atau anggota keluarga yang tinggal bersama pasien. Keterlibatan keluarga dinilai mempunyai peran penting dalam menjaga konsistensi pengobatan dan mendukung kesembuhan pasien.
Ia menambahkan, dari delapan kelurahan yang menjadi wilayah pendampingan, saat ini terdapat dua pasien yang kondisinya menunjukkan kemajuan signifikan dan mendekati sembuh, masing-masing di Kelurahan Golo Dukal dan Waso.
Ia mengajak semua pihak untuk memberikan dukungan emosional penuh kepada pasien, menghapus stigma negatif, serta menyambut mereka kembali dengan tangan terbuka setelah pulih. “Jika mereka sudah mulai pulih, jangan jauhi. Rangkul kembali mereka, karena mereka adalah bagian dari kita,” tutupnya.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel





