Ruteng, infopertama.com – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Komodo – Intalasi Kota Kecamatan (IKK) Iteng, kecamatan Satar Mese memiliki banyak tantangan dalam tugas pelayanan memenuhi kebutuhan air minum masyarakat.
Tantangan itu tidak hanya saat kemarau tiba, kala volume atau debit air di sumber-sumber air Perumda Tirta Komodo berkurang. Tantangan juga kadang memaksa petugas berjika baku hingga bertaruh nyawa kala bencana alam datang. Semisal longsor atau banjir yang bisa menghancurkan pipa-pipa Perumda Patah, hanyut atau mungkin tertimbun longsoran.
Tantangan ini ditemukan oleh Kornelis Ngunggu, kepala IKK Iteng kepada infopertama.com pada Senin, 14 Juli 2025 siang via gawainya.
Ia mengaku harus bertaruh nyawa memasang ulang pipa-pipa air Perumda Tirta Komodo yang tertimbun longsor di wilayah kerja IKK Iteng demi memenuhi kebutuhan air minum pelanggan di desa Paka, Satar Mese.
Beda dengan Kornelis, Yohanes Giram pelanggan Perumda Tirta Komodo di Satar Loleng juga memiliki cerita tersendiri. Yohanes menceritakan itu dalam sebuah tayangan video 6 menit 50 detik di depan rumah kediamannya.
Di awal video, Yohanis mengaku bahwa air mengalir sampai ke rumahnya, hanya setelah rumahnya aliran air jadi tidak stabil. Ia tidak tahu apakah itu pengaruh debit air yang berkurang atau ada alasan yang lain.
Ia mengaku di Satarloleng pihak Perumda melakukan penjadwalan mengalirkan air ke rumah-rumah warga. “Saat jadwal mati jangan paksa air jalan, begitu sebaliknya!” Ucap Yohanis.
Namun, selain kendala alam dan debit yang berkurang, lanjut Yohanes, juga karena perilaku pemakai air itu sendiri.
“Hanya kadang-kadang yang saya lihat, karena saya juga sering ke jalur-jalur perpipaan. Kami pengguna banyak yang egois, susah sekali memikirkan sesama pengguna yang lain.” Cerita Yohanes memulai pengalaman dan kesaksiannya.
Kami di sini yang saya lihat itu hanya pikir diri sendiri saja. Tidak peduli lagi dengan yang lain mau dapat air atau tidak. Karena di banyak lokasi pipa itu sengaja dilubangi. Lalu lepas begitu saja. “Kalau sudah begini kan tidak mungkin airnya mengalir sampai ke ujung pipa (tekanan berkurang atau hilang -pen).” Tutur Yohanes dalam bahasa Manggarai yang dikutip Senin, 14 Juli 2025.
Demikian Yohanes melanjutkan, belakangan ini saat dureng mereka lebih sering menimba air PDAM yang kondisinya kotor, keruh. Ia awalnya menduga kondisi itu dari sumbernya. Namun, ternyata ia menemukan fakta yang berbeda ketika, lagi-lagi ia menyusuri jalur perpipaan.
Faktanya, jelas Yohanes ada yang sengja atau tidak melubangi Pipa hingga tertimbun tanah berlumpur. Ada juga yang memutuskan sambungan sambungan Pipa saat menimba (di kebun -pen) lalu biarkan begitu saja, lupa sambung lagi.
“Pipa dari sumber itu agak tinggi (Setinggi Jerigen -pen), sementara pipa lanjutan setelah dilepas itu posisinya agak di bawah. Karena lupa disambung, air keruh itu pasti masuk dan mengalir sampai ke rumah pelanggan.”
Butuh Ketegasan Petugas
Demikian Yohanes, meminta petugas PDAM agar lebih tegas kepada masyarakat siapapun yang memotong jalur perpipaan.
Salahnya itu tidak mutlak di PDAM, kesalahan juga pada kami masyarakat yang masih kerap menganggap pipa-pipa air itu sebagai wae sosor.
Menutup ceritanya, Yohanis berpesan agar antara pemerintah (Perumda Tirta Komodo) dengan masyarakat untuk saling bekerjasama. Artinya, jangan karena kita punya kemampuan membayar tagihan Perumda lalu pakai air sesuka saja meski tidak dibutuhkan. Pakailah air seperlu dan sebutuhnya saja.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel