“Di saat hujan turun dengan curah yang tinggi, tidak ada air permukaan dari kebun yang mengalir keluar ke arah bagian timur pekarangan yang posisinya lebih rendah,” ungkap Hubert.
Ini menunjukkan bahwa air hujan langsung terserap ke dalam tanah. Porositas tanah menjadi lebih baik untuk mengalirkan air hujan ke dalam tanah melalui akar-akar tanaman yang ada di dalamnya.
Pembelajaran menarik yang diperoleh dari Huber adalah upayanya yang cerdas mengoptimalisasi penggunaan lahan untuk menjamin ketersediaan pangan, sayuran, pendapatan (ekonomi), dan kayu dengan menerapkan agroforestry.
Selain itu, agroforestry yang dikembangkannya ini mampu mencegah kerusakan permukaan tanah akibat aliran permukaan saat hujan lebat terjadi, biasanya pada November hingga Januari.
Dengan demikian, tanah dipastikan terlindungi dari kerusakan sehingga pola penanaman wanatani ini perlu diterapkan oleh petani lain, khususnya pada lahan miring, untuk tujuan konservasi lahan dan menjaga keanekaragaman hayati, terutama pangan jenis lokal seperti sorgum.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel