Tanam Sorgum dengan Pendekatan Wanatani

“Keterbatasan ternak untuk memastikan ketersediaan sumberdaya pupuk kandang (organik) ternyata menjadi kendala dalam mengupayakan peningkatan kesuburan tanah di kampung ini,” ungkap Mama Anas.

Ketika kami memasuki lahan pekarangan milik Hubert Jehatu (53) setelah melewati jalan rabat beton yang dibangun oleh Pemerintah Desa Lentang di Kampung Kalo, kami melihat pemandangan menarik dan unik di sisi kiri jalan. Tanaman pangan lokal jenis sorgum yang memiliki malai agak panjang (30 cm) tumbuh tegar dan tampak subur. Daunnya lebar dan agak panjang, dengan tinggi tanaman yang diperkirakan di atas 3 meter. Kondisi agroklimat yang sesuai memungkinkan sorgum tumbuh tegak dalam kondisi siap panen, di antara tanaman kopi, mangga, mahoni, gamelina, cengkeh, ubi jalar, halia, dan kestela. Lahan pekarangan berukuran 3 are ini secara topografis terlihat agak miring mengarah ke timur dan ditutupi berbagai jenis tanaman tersebut.

Sorgum yang ditanam pada awal November 2024 ternyata mampu beradaptasi untuk hidup bersama dengan beberapa jenis tanaman umur pendek dan panjang yang disebutkan sebelumnya. Penerapan model wanatani yang dipraktikkan oleh Hubert dan Kolekta Ngamun (52), isterinya, mampu menghasilkan tanaman pangan sumber karbohidrat dari jenis sorgum dan ubi jalar.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel