Pada tanggl 12 Juli 2023, Pokja PI melakukan diskusi publik terhadap rancangan aksi pembangunan berketahanan iklim tersebut yang melibatkan semua OPD terkait, Mahasiswa, LSM, Wakil Kelompk Tani, Kelompok Wanita Tani dan BMKG sebelum menjadi kebijakan dalam Rencana Pembangunan Daerah Manggarai Timur. Rencana aksi diarahkan untuk pencegahan, penanganan dan penanggulangan dampak dari perubahan iklim.
Khusus di sektor pertanian hortikultura dan Pangan, ungkap Gonza, aksi-aksi pembangunan berketahanan iklim untuk tujuan pencegahan dan penanggulangan dampak dari perubahan iklim. Antara lain, Sekolah Lapang Iklim dan Pertanian di tingkat petani, Penguatan Kelompok Tani, Pengembangan Padi Kaya Gizi dan Padi Hibrida, Rehabilitasi Irigasi (RJIT), Pembangunan Embung, Pengadaan Alsintan, Penyediaan Benih Padi Bersertifikat, Penggunaan pupuk organik untuk mengurangi efek Gas Rumah Kaca, Pembangunan UPH/ Unit Pengelolahan Pupuk Organik dan Integrasi pangan (keanekaragaman pangan lokal) khususnya sorgum.
Beberapa aksi ini sudah menjadi rencana kerja dari Dinas pertanian dan Perkebunan dan Dinas Ketahanan Pangan, sebab dampak yang sudah terlihat dari perubahan iklim di Manggarai Timur, tidak hanya terjadi bencana dengan frekuensi sering tetapi produktifitas pertanian pangan mengalami penurunan pada 5 tahun terakhir.
Melalui Wadah Sekretariat Bersama ini, kata Gonza, ke depan kita bisa saling sharing, evaluasi dan mendiskusikan aksi-aksi pembangunan berketahanan iklim untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang sudah sedang berlangsung.
Tarsius Hurmali, pada presentasinya, mengingatkan kembali para peserta bahwa PBI adalah prioritas Nasional dan Daerah. Melalui Peraturan Presiden RI No.18 tahun 2020. Pembangunan berketahanan iklim telah menjadi sala satu prioritas nasional (PN) ke 6 dalam RPJMN 2020-2024, yaitu Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim.
Penanganan dampak perubahan iklim melalui pembangunan berketahanan iklim di sektor pertanian menjadi Super Prioritas di Manggarai Timur dan Manggarai Barat. Sedangkan di Maggarai ditetapkan sebagai Top Prioritas.
Pada 5 tahun terakhir, jelas Tarsi, produksi padi di Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat cenderung menurun.
Maka Sangat penting dibentuknya Sekber tiga kabupaten, tegas Tarsi, dengan mempertimbangakan karakteristik pertanian dan budaya. Dimana karakteristik Kerentanan Karena Perubahan iklim di wilayah ini sama terutama di sektor pertanian. Kerentanan karena Perubahan Iklim bersifat kawasan dan tidak mengenal batas administrasi pemerintahan, kebutuhan akan produk pertanian di satu kabupaten dipasok oleh petani di kabupaten lain. Dan, selain produk pertanian pasokan kebutuhan protein (ikan laut) datang dari Manggarai Barat ke dua wilayah lain, karakteristik budaya pertanian di kawasan ini relatif mirip satu sama lain dan tingkat kekerabatan warga antar wilayah sangat tinggi dengan kemiripan budaya.
Sehingga, apa yang dibuat oleh Sekber nanti, ungkap Tarsi, mesti membantu menyebarkan informasi lintas daerah, membantu lobby terkoordinasi dengan pihak, seperti Pemerintah Pusat, Menyelenggarakan Studi-Studi/Riset, Mendorong peningkatan perhatian kebijakan pembangunan di tiap daerah. Mengkoordinasi gerakan bersama lintas kabupaten (orang muda, petani, petani muda, warga rentan, dll) dan Belajar bersama dari praktek baik tentang kebijakan anggaran dan pelaksanaan program di setiap daerah.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel