
Diksi pergerakan kental dengan kaum terpelajar, kaum terdidik. Namun tidak berarti mereka tak memiliki Penyakit dalam Pegerakan. Mereka adalah para mahasisiwa yang memilih aktif dalam berbagai organisasi. Entah itu organisasi intra kampus, maupun organisasi ekstra kampus.
Para mahasiswa ini terkenal kritis dan memiliki semangat juang tinggi. Biasanya mereka akan turun ke jalanan menyampaikan aspirasi atau ketika sedang membela hak-hak masyarakat.
Pergerakan mahasiswa indonesia yang paling lekat dalam ingatan bangsa indonesia adalah gerakan mahasiswa ’66 dan ’98 yang berhasil mengakhiri rezim orba.
Daftar Penyakit Pergerakan
Namun, pergerakan mahasiswa tidak lantas sempurna, berikut adalah daftar penyakit pergerakan mahasiswa Indonesia, di antaranya seperti berikut:
Pertama, penyakit pergerakan itu karena kenalan lama, teman sekampung, sahabat karib, orang yang dicintai, rekan lama atau bawahan lama. Maka sekalipun tahu jelas bahwa mereka itu salah, tidak juga mengadakan perdebatan secara berprinsip dengan mereka. Melainkan membiarkannya saja demi perdamaian dan keakraban. Atau bicarakan secara sepintas lalu dan tidak selesaikan secara mendalam untuk memelihara suasana damai. Akibatnya merugikan baik organisasi maupun perseorangan.
Penyakit berikutnya adalah mengkritik di belakang secara tidak bertanggung jawab dan bukan aktif mengajukan saran-saran kepada organisasi. Bungkam di depan orangnya tetapi megoceh di belakangnya. Tutup mulut di dalam rapat tetapi mengobrol sesudah rapat. Tidak mengindahkan prinsip kehidupan kolektif, melainkan bertindak liberal saja.
Pada tempat ketiga penyakit pergerakan berupa sikap tidak ambil pusing terhadap soal-soal yang tidak menyangkut diri sendiri. Menganggap lebih baik tidak banyak bicara sekalipun tahu betul apa yang salah, berlaku cerdik untuk cari selamat dan hanya berusaha untuk tidak berbuat salah.
Kemudian, pada tempat ke empat yaitu tidak menurut perintah melainkan menomorsatukan pendapatnya sendiri. Selalu menuntut perlakuan khusus dari organisasi, tetapi menolak disiplin organisasi.
Sementara aktivitas tidak berjuang dan berdebat menentang pendapat yang tidak tepat untuk persatuan, untuk kemajuan, atau penyempurnaan pekerjaan. Melainkan melakukan serangan pribadi mencari-cari pertengkaran, melampiaskan dendam pribadi atau bermaksud membalas dendam termasuk penyakit pergerakan. Penyakit ini masuk daftar ke lima.
Masa Bodoh Juga Penyakit
Mendengar pendapat yang tidak tepat, lalu tidak membantahnya. Bahkan mendengar omongan kaum kontra revolusioner pun tidak melaporkannya melainkan bersifat masa bodoh seolah-olah tidak terjadi apa-apa, masuk penyakit yang ke enam.
Penyakit ke tujuh dari pergerakan yaitu ketika berada di kalangan massa tetapi tidak berpropaganda, tidak beragitasi, tidak berpidato, tidak melakukan penyelidikan. selain itu juga tidak bertanya, tidak memperhatikan suka duka mereka melainkan bersifat acuh tak acuh, lupa bahwa dia sendiri adalah seorang kaum pergerakan dan menyamakan anggota organisasi pergerakan dengan orang biasa.
Poin delapan berupa situasi melihat perbuatan yang merugikan kepentingan massa tidak merasa marah, tidak memberi nasehat, tidak mencegahnya, tidak memberi penjelasan melainkan membiarkannya saja.
Bekerja tidak sungguh-sungguh, tanpa rencana tertentu dan arah tertentu, melainkan bekerja asal bekerja, hidup asal hidup saja juga jadi salah satu penyakit pergerakan, inilah penyakit kesembilan.
Kamudian, penyakit berikutnya ialah sikap menganggap dirinya telah berjasa terhadap revolusi, berlagak sebagai jago tua, tidak mampu melakukan pekerjaan besar tetapi enggan melakukan pekerjaan kecil, sembarangan dalam bekerja dan kendor dalam belajar.
Yang terakhir adalah sudah tahu dirinya salah tetapi tidak mau membetulkannya dan bersikap liberal terhadap diri sendiri.
Oleh: FPPI
Editor: Redaksi