Jakarta, infopertama.com – Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan meningkatkan kewaspadaan. Dan, melakukan penyelidikan epidemiologi (surveilans) lintas sektoral untuk mengantisipasi hepatitis akut yang tidak ketahui penyebabnya (acute hepatitis of unknown aetiolog).
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sriprahastuti dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, mengatakan, upaya penyelidikan dan peningkatan kewaspadaan tersebut. Hal itu agar dapat melakukan tindakan secepat-cepatnya jika menemukan kasus dengan gejala dan tanda hepatitis akut. Terutama pada anak di bawah usia 11 tahun.
“Investigasi penyebab hepatitis akut lakukan pada setiap kasus, mungkin melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap,” kata Brian.
Selain itu, kata Brian, pemerintah juga telah mengeluarkan surat edaran kepada fasilitas layanan kesehatan, pemerintah daerah, kantor kesehatan pelabuhan (KKP). Dan, pemangku kepentingan, untuk memberikan dukungan dan kewaspadaan dini terhadap penemuan kasus hepatitis akut yang tidak ketahui penyebabnya tersebut.
Fenomena hepatitis akut yang tidak ketahui penyebabnya menjadi sorotan dunia setelah Badan PBB untuk Kesehatan Dunia (WHO) menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 15 April 2022. WHO menerima laporan 169 kasus di 12 negara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, dalam dua pekan terakhir atau hingga 30 April 2022, dilaporkan tiga pasien anak meninggal saat perawatan di RSUP Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dengan dugaan hepatitis akut.
Menurut Brian, hepatitis akut merupakan peradangan pada hati yang terjadi secara mendadak dan dapat cepat memburuk. Ia menguraikan gejala umum dari hepatitis yakni, nyeri perut, kuning, diare, muntah-muntah, perubahan warna urine, feses berwarna pucat, demam tinggi atau riwayat demam. Serta ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati.
“Jika mendapati anak mengalami gejala-gejala seperti itu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan. Karena jika terlambat penanganan akan terjadi kegagalan fungsi hati berupa gejala gangguan kesadaran,” katanya.
Masih Misterius
Brian mengatakan sejauh ini memang belum mengetahui penyebab dari hepatitis akut yang sekarang menjadi KLB tersebut. Hal itu karena dari hasil pemeriksaan laboratorium, tidak temukan adanya virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E yang umumnya menjadi penyebab hepatitis.
Terkait kabar temuan SARS-CoV-2 atau Adenovirus pada beberapa kasus, menurut Brian, hal itu belum bisa lakukan pembuktian.
“Sampai sekarang belum bisa buktikan bahwa kedua virus tersebut menjadi penyebabnya. Masih terus melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari penyebab baik secara biologis maupun kimiawi,” katanya,
Brian mengimbau masyarakat tidak panik, tetap tenang, dan berhati hati, serta melakukan upaya pencegahan infeksi.
“Caranya dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang penuh. Kemudian membuang tinja dan popok sekali pakai (diapers) pada tempatnya. Lalu, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker, dan tetap menjaga jarak,” ujar Brian Sriprahastuti.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel