Cepat, Lugas dan Berimbang

Nano-Nano Hukum di Indonesia, Jual Tanah Sendiri Bisa jadi Tersangka dan Huni Jeruji Besi

Manggarai Timur darurat, semua tanah adat di Manggarai Timur akan berpotensi digugat secara hukum, teriak Firman dalam orasinya menentang penetapan tersangka GJ dan BAM oleh kejaksaan Manggarai.

Firman juga menyampaikan kalau Kejaksaan Manggarai jangan mudah diintervensi oleh kepentingan elit yang merusak tatanan hukum dan budaya di Manggarai Timur.

Tanah yang dijual GJ ke Dinas Perhubungan merupakan warisan orang tua

GJ hanyalah seorang petani tulen, saban hari kerjanya hanya mengurus kebun. GJ tidak sedikitpun niat untuk menjual sebidang tanah miliknya yang beralamat di Kelurahan Satar Peot, Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur. Namun 2012 lalu, ia didatangi oleh seorang yang mengaku pegawai dari Dinas Perhubungan Manggarai Timur bernama Sony. Saat itu Sony datang seorang diri.

Berikut percakapan awal GJ dengan Sony terkait penawaran jual beli tanah yang kini tanah tersebut sudah bersertifikat Dinas Perhubungan Manggarai Timur.

Sony: Bapa manga tana pika dite?/Bapa ada jual tanah?
GJ: Io manga/ia ada!
Sony: Nia/di mana?
GJ: Emo tadang ho musin, musi mai beo pe/ lumayan jauh ke belakang, di belakang kampung.

“Ai mbaru be musi tana hitu/ karena lokasi tanah itu di belakang kampung/ rumah” tutur GJ.

“Mai nitu main ga tombo wenget harga. Tei laku enam setengah/ Dari situ bicara tawar harga. Saya kasi 650 (juta)” tutur GJ.

Sony: Bang neng bapa ge eta hitu keta hargan/ masa harganya sampai semahal itu bapa!

“Mai tae daku kong ga maram 500 kaut/ Saya bilang, biar sudah, biar 500 (juta) saja” tutur GJ lagi.

Sony: Eme nggitu aku tombo sale teman-teman. Sale kadis ata tuad, ai aku sale mai perhubungan. Kudut weli le perhubungan tana hitu/ Kalau begitu saya bicara dulu ke teman- teman. Di Kepala Dinas Perhubungan sebagai orang tua, karena saya dari dinas Perhubungan, karena Dinas Perhubungan mau beli itu tana.

“Mai nitu main ga, mailah hi pa Soni, pa Gaspar, agu pa Aristo. Ata kepok agu akun ga pa Gaspar. Pa aristo agu pa Soni ata hae reba, hae rewok pa Gaspar. Jadi mai dise ga kepok harga, kudut wau harga mai one mai 500. Mai nitu main ga sepakat harga 400/ Dari situ pa Sony, pa Gaspar dan pa Aristo datang lagi. Yang Kepok (bicara -pen) dengan saya adalah pa Gaspar. Pa Aristo dan pa Sony hanya untuk menemani pa Gaspar. Jadi kedatangan mereka sepakati harga supaya turun dari 500 dengan saya adalah pa Gaspar. Pa Aristo dan pa Sony hanya untuk menemani pa Gaspar. Jadi kedatangan mereka sepakat harga supaya turun dari 500 (juta). Dari situ sepakat harga 400 (juta)” ungkap GJ.

“Toe de tanda jadi de nitu wali kole sale kantor lise/ Saat itu belum ada tanda jadi, mereka melapor dulu di kantor.” Kata GJ.

“Mai nitu main ga, poli hitu mai kole wali sale main ga pa soni, mai agu buka rekening daku. Ngo agu hia kole ngo antar aku wan, li pa soni, poli buka rekening ga toe beheng poli hitu, mai taen ga ngo cek lite, ngo cek keluar tung seng, toe dung teman aku du hitu ga, aku ga ngo agu hae kilo, jadi seng du hitu ga ba one mai tas de hae kilo/ Dari situ, Pa Sony datang kasi kabar. Datang untuk buka rekening milik saya, dia (Sony) yang antar saya ke bawa (bank). Nomor rekening sudah di buka. Tidak lama kemudian pa Sony meminta untuk pergi cek uang di rekening. Saya pergi cek uangnya memang sudah masuk saat itu. Saya pergi dengan istri ke bank dan setelah penarikan dari bank uang saat itu bawa di dalam tas istri saya.”

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel