Jakarta, infopertama.com – Nama jurnalis Patsy Widakuswara jadi sorotan. Baru-baru ini Patsy Widakuswara ditegur dan sempat diancam diusir saat perhelatan KTT ASEAN ke-43 di Jakarta, Indonesia.
Patsy diminta keluar dari ruangan oleh petugas setelah bertanya dengan cara berteriak kepada Presiden RI Joko Widodo dan wakil presiden Amerika Serikat (AS), Kamala Harris, Rabu (6/9). Tak lama setelah melontarkan pertanyaan, Patsy langsung diadang oleh petugas keamanan yang pasang badan di dalam ruangan dan menyuruhnya untuk keluar.
Patsy sempat tidak diperbolehkan untuk mengikuti rangkaian acara KTT ASEAN ke-43 lainnya. Namun setelah delegasi AS dan Duta Besar AS untuk Indonesia berdiskusi, Patsy akhirnya diizinkan untuk masuk kembali ke dalam ruangan dengan syarat tidak boleh berteriak ataupun mengajukan pertanyaan selama pertemuan berlangsung.
Rupanya, ini bukan pertama kali Patsy Widakuswara ‘diusir’ saat sedang menjalankan tugasnya sebagai jurnalis. Sebelumnya, Patsy juga pernah ‘diusir’ Donald Trump dari Gedung Putih.
Jurnalis Patsy Widakuswara Pernah ‘Diusir’ Donald Trump dari Gedung Putih
Pada Januari 2021 lalu, Patsy Widakuswara yang merupakan jurnalis Voice of America (VOA) asal Indonesia, dibebastugaskan dari Gedung Putih Amerika Serikat (AS). Hal ini karena Patsy mencecar Menteri Luar Negeri AS era Donald Trump, Mike Pompoe, dengan berbagai pertanyaan.
Melansir dari USA Today, insiden ini terjadi usai Mike Pompoe selesai berpidato dan sedang melangsungkan tanya jawab singkat dengan direktur baru VOA, Robert Reilly.
Tidak puas dengan pertanyaan yang dilontarkan Reilly kepada Pompeo, Patsy kemudian melontarkan pertanyaan dengan berteriak kepada Pompoe yang saat itu sudah hendak pergi dari lokasi.
“Pak Menteri, apa yang Anda lakukan untuk memperbaiki reputasi Amerika Serikat di mata dunia?” Tanya Patsy, yang mengacu pada kerusuhan massa pendukung Donald Trump yang terjadi di US Capitol.
Namun, Pompoe tidak menjawab pertanyaan Patsy. Ibu tiga anak itu kemudian kembali bertanya , “Pak Menteri, apakah Anda menyesal mengatakan akan ada pemerintahan Trump yang kedua?”
Lagi, Pompeo tidak menggubris pertanyaan Patsy. Melalui akun Twitternya, Patsy kemudian menceritakan momen ia diabaikan oleh Pompeo.
“Diplomat top bangsa @SecPompeo mengabaikan pertanyaan saya tentang apa yang dia lakukan untuk memulihkan reputasi AS. Dan, apakah dia menyesal mengatakan akan ada pemerintahan Trump yang kedua,” tulis Petsy.
Pembebasan Tugas Patsy Memicu Protes dari Berbagai Pihak
Pertemuan dengan Pompeo sendiri sempat menjadi kontroversi di kalangan jurnalis di AS, terutama pertemuan itu terjadi di masa pandemi. Jurnalis tidak diperbolehkan bertanya, meskipun ada pula beberapa pertanyaan yang disampaikan kepada Reilly secara tertulis.
Setelah Pompeo pergi, Patsy bertanya kepada Reilly mengapa dia tidak menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada Pompeo yang ingin diketahui jawabannya oleh orang banyak.
Namun, Reilly mengatakan bahwa Patsy tidak punya wewenang untuk bertanya dan berkata, “Anda jelas tidak tahu bagaimana harus bersikap.”
Patsy kemudian menegaskan bahwa sudah tugasnya sebagai seorang jurnalis untuk mengajukan pertanyaan. Reilly merespon bahwa sikap Patsy sudah “rusak”.
Tak lama usai insiden itu, Patsy memberi tahu Asosiasi Koresponden Gedung Putih bahwa dia tidak lagi bisa ikut dalam perjalanan Presiden Donald Trump ke Texas, di mana dia seharusnya menjadi reporter radio pool.
Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR dari Partai Demokrat, Gregory Meeks, dan pemimpin Partai Republik, Michael McCaul, mengeluarkan pernyataan bersama yang mengatakan mereka “sangat frustrasi” dengan penurunan pangkat Widakuswara.
“Jika tidak ada alasan yang sah atas tindakan ini, yang belum diberikan, kami yakin dia harus diangkat kembali,” kata anggota kongres. “Ini Amerika Serikat–kami tidak menghukum jurnalis kami karena mencari jawaban atas pertanyaan mereka.”
Asosiasi Koresponden Gedung Putih, dalam pernyataan presidennya, Zeke Miller, menuduh pemerintahan Trump melakukan serangan terhadap Amandemen Pertama.
Steve Herman, kepala biro Voice of America di Gedung Putih, men-tweet dukungannya untuk rekannya tersebut.
“Saya sudah bekerja dengan Patsy selama beberapa tahun,” tulis Herman. “Dia memberikan contoh… keunggulan dan integritas. Dia selalu melaksanakan tugasnya sesuai dengan piagam VOA. Saya yakin sebagian besar, jika tidak semua, kolega saya memiliki penilaian yang sama.”
Sementara itu, terkait dengan insiden Patsy meneriakkan pertanyaan kepada presiden Jokowi dan wapres AS Kamala Harris pada KTT ASEAN, timbul komentar pro dan kontra dari netizen Indonesia.
Ada yang membelanya dan tidak sedikit pula yang meminta Patsy untuk menghargai peraturan yang telah ditetapkan selama KTT ASEAN ke-43 berlangsung.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel